Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan (Mendag) Mari Elka Pangestu mengatakan Indonesia tidak perlu anti impor produk makanan karena hal itu memang harus dilakukan untuk menjaga ketersediaan pangan.

"Kita tidak harus anti produk impor. Yang harus diingat adalah kebijakan impor dilakukan demi menjaga ketersediaan pangan untuk rakyat, terutama di saat kita mengalami masalah cuaca," kata Mendag Mari dalam perbincangan dengan sejumlah editor senior di Jakarta, Jumat.

Menteri mengemukakan hal itu berkaitan dengan persoalan impor pangan yang diributkan sejumlah media massa nasional belakangan ini.
Menurutnya, adalah suatu hal yang sangat sulit apabila Indonesia tidak melakukan impor sejumlah produk makanan mengingat suatu saat mengalami kekurangan stok akibat kekurangan produk yang disebabkan oleh musim.

Langkah impor, katanya, memang harus dilakukan sebagai upaya untuk menyeimbangkan stok produk makanan dengan kebutuhan masyarakat, terutama di saat kebutuhan meningkat seperti saat Ramadhan dan Lebaran.

"Dari pada masyarakat kekurangan makanan akibat produksi dan stok di dalam negeri tidak mencukupi, lebih baik kita menempuh langkah impor produk makanan," kata mendag.

Di saat Indonesia mampu melakukan swasembada pangan pun, kata Mari, Indonesia masih tetap melakukan impor sekalipun total jumlahnya tidak besar, yakni hanya 10 persen.

"Jadi kita harus melihat impor terpaksa dilakukan karena konsekuensi adanya musim dan pasti impor akan terjadi. Ada masa paceklik sehingga kita alami defisit sehingga perlu impor untuk menambah stok yang ada," tegas Mendag Mari.

Meskipun demikian, ungkapnya, impor bahan makanan merupakan langkah paling akhir yang akan ditempuh pemerintah dan tetap memprioritaskan penggunaan produk makanan dalam negeri.

Impor, katanya, terpaksa dilakukan karena terkait dengan kondisi transportasi yang kurang mendukung sehingga harga akan lebih murah jika impor dibanding menggunakan produk lokal.

Mendag mencontohkan, untuk buah-buahan yang diproduksi di Kalimantan seperti jeru, harganya akan lebih mahal dibanding jeruk impor yang berasal dari China.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009