Maputo (ANTARA News/Reuters) - Pembicaraan krisis untuk mengakhiri berpulan-bulan kekacauan politik di Madagaskar macet, Jumat, ketika pihak-pihak yang berseteru gagal menyetujui siapa yang akan memegang jabatan-jabatan penting dalam pemerintah sementara.

Para pesaing tetap menghadapi jalan buntu menyangkut siapa yang akan memegang jabatan presiden di pulau terbesar keempat di dunia itu, yang menambah ketertarikan investor asing pada minyak, boksit, nikel, kobalt, emas dan uraniumnya.

"Para pemimpin keempat gerakan gagal mencapai konsensus untuk beberapa jabatan penting (pemerintah) sementara itu," kata para penengah pembicaraan dalam satu pernyataan.

Para pemimpin pada pembicaraan di ibukota Mozambik, Maputo, itu sepakat untuk menunjuk seorang presiden, wakil presiden dan perdana menteri pada 4 September.

Andry Rajoelina, yang menjatuhkan mantan pemimpin Marc Ravalomanana Maret, setelah beberapa pekan demonstrasi jalanan kasar yang berpuncak dalam kudeta dukungan-militer, menuntut jabatan presiden.

Namun permintaan itu ditentang dengan keras oleh pendahulunya.

"Kami telah menjelaskan bahwa kami tidak mendukung gerakan Rajoelina untuk memimpin pemerintah sementara," tegas Ravalomanana kepada Reuters setelah pembicaraan itu gagal mencapai kesepakatan.

"Pencalonannya (Rajoelina) akan menjadi penghinaan bagi prinsip-prinsip demokrasi. Saya akan lebih menyukai orang berwenang yang netral ketimbang dia," kata Ravalomanana, yang menambahkan bahwa ia tidak akan pernah mengakui Rajoelina sebagai kepala negara.

Dengan kurang dari tiga tahun pengalaman politik, Rajoelina --yang berusia 35 tahun-- mengatakan ia satu-satunya orang yang dapat memimpin pemerintah transisi.

Penengah PBB Tiebile Drame menjelaskan bahwa Rajoelina telah meminta lebih banyak waktu untuk berkonsultasi dengan sekutu-sekutunya mengenai permintaan untuk menyerahkan kantor perdana menteri sebagai pertukaran bagi kepresidenan itu -- usul yang didukung oleh mantan presiden Didier Ratsiraka dan Albert Zafy, yang juga mengambil bagian dalam pembicaraan tersebut.

Drame, yang mengesapingkan putaran ketiga pembicaraan di Maputo, menolak untuk berspekulasi mengenai kemungkinan reaksi masyarakat internasional akan tenggat perjanjian 9 Agustus untuk membentuk pemerintah konsensus telah berakhir.

"Sebetulnya, kami lebih suka untuk tidak memikirkan mengenai skenario ini," kata Drame melalui telepon. "Tidak akan ada Maputo III. Kami mengharapkan untuk menerima jawaban Rajoelina melalui email pada 4 September paling lambat."

Norbert Ratsirahonana, seorang anggota senior delegasi Rajoelina, mengatakan kepada wartawan, pihaknya perlu berunding dengan para pendukungnya.

"Mungkin posisi kami akan berubah, tapi hal itu akan tergantung pada pembicaraan," ia mengatakan di bandara Antananarivo.

Madagaskar diperkirakan akan berada di puncak agenda pada pertemuan puncak Masyarakat Pembangunan Afrika Selatan (SADC), yang akan diadakan di Republik Demokratik Kongo pekan depan.

Namun beberapa pengamat mempertanyakan berapa banyak pengaruh SADC dan Uni Afrika (AU) -- yang telah menskors Madagaskar -- terhadap para pemimpin pulau itu.

Satu sumber diplomatik mengatakan bantuan pembangunan yang telah dibekukan yang bernilai ratusan juta dolar As dari Dana Moneter Internasional (IMF), AS dan Uni Eropa akan menimbulkan lebih banyak guncangan ketimbang tekanan dari para mitra dagang regional.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009