Bengaluru (ANTARA) - Pemerintah India pada Selasa menyatakan menyetujui penggunaan darurat obat antivirus remdesivir buatan Gilead Sciences Inc pada pasien COVID-19.

Remdesivir merupakan obat pertama yang menunjukkan pemulihan pada pasien COVID-19 dalam uji coba klinis formal.

Obat tersebut telah mengantongi otorisasi penggunaan darurat dari Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat (FDA) bulan lalu dan menerima persetujuan dari regulator kesehatan Jepang.

"(Remdesivir) disetujui pada 1 Juni untuk penggunaan darurat dengan syarat pemberian lima dosis," kata Pengawas Obat-obatan Umum India melalui pernyataan.

Produsen obat tersebut belum merespons pertanyaan lebih lanjut.

Hingga Selasa, India telah mencatat 198.706 kasus COVID-19 dengan 5.598 kematian, menurut data Kementerian Kesehatan.

Gilead Sciences pada Senin (1/6) melaporkan bahwa remdesivir menunjukkan manfaat sederhana pada pasien COVID-19 sedang, yang diberi obat tersebut selama lima hari. Sementara itu, mereka yang menerima remdesivir selama 10 hari dalam riset tersebut tidak mendapatkan hasil sebaik itu.

Otoritas Eropa dan Korea Selatan juga sedang berusaha mendapatkan remdesivir. Otoritas kesehatan Korsel pada Jumat (29/5) mengatakan mereka akan mengajukan impor obat tersebut. Gilead belum mengantongi persetujuan regulasi di masing-masing pasar.

Sumber: Reuters

Baca juga: Taiwan setujui remdesivir buatan Gilead untuk COVID-19

Baca juga: Gilead: Tak ada beda signifikan pengobatan remdesivir 5 dan 10 hari

Baca juga: Gilead tingkatkan pasokan remdesivir, obat darurat pasien COVID-19


 

Presiden Jokowi: Indonesia harus mampu hasilkan vaksin COVID-19 sendiri

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020