Mazar-i-Sharif (ANTARA News/AFP) - Sebuah bom sepeda meledak di Afghanistan, Rabu, merusak salah satu kendaraan konvoi Palang Merah Internasional yang sedang lewat dan menewaskan seorang anak perempuan, kata sejumlah pejabat.

Peristiwa itu terjadi di dekat sebuah sekolah di Jawzjan, ibukota provinsi Jawzjan yang biasanya damai.

Seorang jurubicara Komite Palang Merah Internasional (ICRC) di Afghanistan membantah bahwa konvoinya menjadi sasaran serangan bom tersebut.

"Saya bisa mengkonfirmasi bahwa ada sebuah insiden. ICRC tidak menjadi sasaran. Salah satu kendaraan kami rusak ringan. Setiap orang baik-baik," kata Jessica Barry, koordinator informasi ICRC, kepada AFP.

"Sebuah bom yang dipasang di sepeda tua meledak ketika kendaran-kendaraan ICRC lewat, di dekat sekolah menengah Charm Gar Khana. Tidak ada korban pada orang-orang di dalam rombongan kendaraan tersebut," kata jurubicara pemerintah provinsi Mahboobullah Zarei.

"Dalam insiden itu, seorang anak perempuan tewas, dan empat anak sekolah serta dua warga sipil terluka," katanya.

Pada 25 Agustus, seorang anggota ICRC tewas dalam serangan bom truk besar di kota Kandahar, Afghanistan selatan -- serangan paling mematikan di Afghanistan dalam waktu lebih dari setahun.

Juga Rabu, serangan bom bunuh diri Taliban di luar sebuah masjid menewaskan wakil kepala intelijen Afghanistan dan lebih dari 20 orang lain, kata sejumlah pejabat.

Pembunuhan pejabat penting badan keamanan yang didukung Barat itu telah mengejutkan Afghanistan, hanya beberapa pekan setelah pemilihan umum presiden dan dewan provinsi di negara itu.

Serangan itu, yang terjadi di provinsi Laghman di Afghanistan timur yang biasanya damai, merupakan pemboman tokoh penting kedua di negara itu sejak pemilu 20 Agustus, yang diadakan di bawah bayang-bayang intimidasi Taliban.

Lebih dari 50 orang, termasuk wanita dan anak-anak, cedera setelah penyerang meledakkan bomnya di tengah kerumunan orang yang meninggalkan masjid utama di ibukota provinsi Laghman, Mihtarlam, setelah melakukan pertemuan, kata sejumlah pejabat.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Dalam salah satu serangan paling berani, gerilyawan tersebut menggunakan penyerang-penyerang bom bunuh diri untuk menjebol penjara Kandahar pada pertengahan Juni tahun lalu, membuat lebih dari 1.000 tahanan yang separuh diantaranya militan berhasil kabur.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.

Antara 8.000 dan 10.000 prajurit internasional bergabung dengan pasukan militer pimpinan NATO yang mencakup sekitar 60.000 personel di Afghanistan untuk mengamankan pemilihan presiden Afghanistan pada 20 Agustus, kata aliansi itu.

Saat ini terdapat sekitar 100.000 prajurit internasional, terutama dari AS, Inggris dan Kanada, yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi pemberontakan yang dikobarkan sisa-sisa Taliban.

Pemilu yang menetapkan presiden dan dewan provinsi itu dipandang sebagai ujian bagi upaya internasional untuk membantu menciptakan demokrasi di Afghanistan, namun pemungutan suara tersebut dilakukan ketika kekerasan yang dipimpin Taliban mencapai tingkat tertinggi.

Sekitar 300.000 prajurit Afghanistan dan asing mengambil bagian dalam pengamanan pemilu tersebut.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009