Baquba, Irak (ANTARA News/AFP) - Sedikitnya lima orang tewas dan 20 lain cedera Senin dalam serangan bom bunuh diri di masjid utama Syiah di kota Baquba, Irak tengah, kata seorang dokter setempat kepada AFP.

Serangan itu terjadi sekitar pukul 21.45 waktu setempat (Selasa pukul 01.45 WIB) di masjid Abdel Karim al-Madani di pusat kota tersebut, kata Dr. Ahmad al-Wani di Rumah Sakit Umum Baquba.

Menurut dokter itu, korban yang tewas mencakup dua polisi dan tiga warga sipil.

Serangan-serangan sebelumnya Senin menewaskan 12 orang, termasuk dua anak, di sejumlah daerah Irak, kata beberapa pejabat keamanan.

Delapan orang tewas dalam serangan bom bunuh diri terhadap pos pemeriksaan keamanan di Ramadi, bekas benteng Al-Qaeda di Irak barat.

Ramadi, daerah berpenduduk mayoritas Arab Sunni dan ibukota provinsi Anbar, merupakan pangkalan utama gerilyawan setelah penggulingan pemerintah Saddam Hussein oleh pasukan invasi pimpinan AS pada 2003, namun kekerasan menurun secara dramatis sejak itu.

"Empat anggota pasukan keamanan dan empat warga sipil tewas," kata seorang pejabat kepolisian kepada AFP, dengan menambahkan bahwa 13 warga sipil dan dua polisi juga terluka dalam pemboman bunuh diri itu.

Juga Senin, dua warga sipil tewas dan 11 orang cedera dalam dua serangan bom mobil di Baghdad.

Di kota minyak Kirkuk di Irak utara yang dilanda kerusuhan, dua bersaudara yang berusia sembilan dan 14 tahun tewas setelah bom yang mereka mainkan meledak, kata polisi.

Korban-korban terakhir itu berjatuhan setelah jumlah kematian akibat kekerasan di Irak mencapai angka tertinggi dalam 13 bulan pada Agustus, yang menambah kekawatiran mengenai stabilitas di negara itu setelah pemerintah mengakui keamanan memburuk.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Pemboman di Baghdad dan di dekat kota bergolak Mosul tampaknya bertujuan mengobarkan lagi kekerasan sektarian mematikan antara orang-orang Sunni dan Syiah yang membawa Irak ke ambang perang saudara.

Meski ada penurunan tingkat kekerasan secara keseluruhan, serangan-serangan terhadap pasukan keamanan dan warga sipil hingga kini masih terjadi di Kirkuk, Mosul dan Baghdad.

Kekerasan di Irak mereda dalam 18 bulan terakhir, namun gerilyawan bisa bersembunyi di daerah-daerah pegunungan sekitar Mosul, 390 kilometer sebelah utara Baghdad, dan memanfaatkan perpecahan diantara orang-orang Arab dan Kurdi yang beselisih di kota itu.

Perselisihan di provinsi wilayah utara, Nineveh, yang beribukotakan Mosul, mengancam perpecahan di provinsi itu dan menimbulkan ketegangan yang bisa menciptakan ketidakstabilan jangka panjang di Irak.

Banyak orang Irak juga khawatir serangan-serangan terhadap orang Syiah akan menyulut lagi kekerasan sektarian mematikan antara Sunni dan Syiah yang baru mereda dalam 18 bulan ini. Puluhan ribu orang tewas dalam kekerasan sejak invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003.

Jumlah korban tewas akibat kekerasan di Irak turun hingga sepertiga menjadi 275 pada Juli, bulan pertama pasukan Irak bertanggung jawab atas keamanan di daerah-daerah perkotaan sejak invasi pimpinan AS pada 2003.

Kekerasan menurun secara berarti di Irak dalam beberapa bulan ini, namun serangan-serangan meningkat menjelang penarikan militer AS, dan 437 orang Irak tewas pada Juni -- jumlah kematian tertinggi dalam kurun waktu 11 bulan.

Perdana Menteri Nuri al-Maliki memperingatkan pada Juni bahwa gerilyawan dan milisi mungkin meningkatkan serangan mereka dalam upaya merongrong kepercayaan masyarakat pada pasukan keamanan Irak.

Sejumlah serangan bom besar dilancarkan sejak itu, dan yang paling mematikan adalah serangan bom truk pada 20 Juni di dekat kota wilayah utara, Kirkuk, yang menewaskan 72 orang dan mencederai lebih dari 200 lain dalam serangan paling mematikan dalam 16 bulan.

Serangan bom pada 24 Juni di sebuah pasar di distrik Syiah Kota Sadr di Baghdad timurlaut juga merupakan salah satu yang paling mematikan pada tahun ini, yang menewaskan sedikitnya 62 orang dan mencederai sekitar 150.

Namun, Maliki dan para pejabat tinggi pemerintah menekankan bahwa 750.000 prajurit dan polisi Irak bisa membela negara dari serangan-serangan yang dituduhkan pada gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda dan kekuatan yang setia pada almarhum presiden terguling Saddam Hussein.

Hanya sejumlah kecil pasukan AS yang menjadi pelatih dan penasihat akan tetap berada di daerah-daerah perkotaan, dan sebagian besar pasukan Amerika di Irak, yang menurut Pentagon berjumlah 131.000, ditempatkan di penjuru lain.
(*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009