Singapura,(ANTARA News) - Harga minyak turun di perdagangan Asia Rabu setelah naik semalam, didukung oleh melemahnya dolar Amerika Serikat dan juga naiknya harga emas ke tingkat tinggi selama 18 bulan di atas 1.000 dolar per ons, kata para analis.

Analis mengatakan bahwa minyak mentah diperkirakan diperdagangkan dalam kisaran sempit karena para investor menunggu pertemuan tingkat menteri Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang dimulai Rabu malam di Wina, di mana cartel minyak tersebut akan memutuskan kuota produksinya.

Kontrak utama New York, untuk minyak mentah jenis light sweet pengiriman Oktober turun dua sen menjadi 71,08 dolar, sebagaimana dikutip dari AFP.

Minyak mentah Laut Utara Brent juga pengiriman Oktober 20 sen lebih rendah pada posisi 69,22 dolar per barel.

Para analis mengatakan turunnya harga minyak diperkirakan berlangsung sementara akibat melemahnya dolar, yang menjadikan minyak yang dihargai dolar lebih murah bagi para pembeli yang menggunakan mata uang kuat lainnya.

"Pelemahan dolar menyebarkan gagasan bahwa minyak bisa menjadi sebuah `hedge` terhadap dolar (dan) kita sedang berbicara tentang kinerja ekonomi yang lebih kuat sekarang dan minyak adalah salah satu dari komoditas yang memperoleh manfaat dari itu," kata Bart Melek dari BMO Capital Markets.

"Dolar tentunya merupakan salah satu faktor besar," kata Melek.

Para analis memperkirakan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tetap akan mempertahankan kuota produksi yang sekarang pada saat mereka bertemu Rabu malam di Wina.

Arab Saudi anggota OPEC terkemuka memberikan pandangan optimis seputar pasar minyak, Selasa karena para menteri berkumpul di Wina yang berupaya mempertahankan aliran minyak mentah tetap di tengah pembicaraan hati-hati tentang pemulihan ekonomi.

"Pasar sangat stabil dan sehat," kata Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Naimi setibanya di ibukota Austria untuk pertemuan tersebut.

Para anggota OPEC, yang memompa 40 persen dari minyak dunia, sepakat pada akhir 2008 untuk menghapus sebesar 4,2 juta barel per hari dari produksi di pasar, sebagai upaya untuk menopang harga yang jatuh.

Suatu kemerosotan ekonomi global telah melemahkan permintaan energi, sehingga menjerumuskan harga minyak mentah dari rekor tertinggi di atas 147 dolar AS pada Juli tahun lalu ke kisaran harga 32 dolar AS pada Desember. Harga telah naik dua kali lipat sejak awal 2009 dan saat ini sudah menyentuh kisaran 75 dolar per barel.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009