Denpasar (ANTARA News) - Dua warga negara Indonesia awak kapal barang asal Sulawesi Selatan, KM Citra Kencana Tunggal, ditemukan terdampar di perairan Timor Timur, setelah kapalnya tenggelam lima hari lalu di perairan Laut Banda,, sementara 10 anak buah kapal dan penumpang lain hilang.

"Kedua orang WNI yang selamat dari musibah KM Citra Kencana Tunggal yang bertolak dari Pelabuhan Kotere, Makassar, itu adalah Sudirman Sua dan Kipliadi. Keduanya masih dalam perawatan dan pengawasan dokter di sini dan telah ditampung di dalam Kedutaan Besar Indonesia di Dili," kata Kepala Fungsi Penerangan, Sosial, dan Budaya Kedutaan Indonesia di Dili, Timor Timur, Nelson Simorangkir, Rabu malam.

Simorangkir, yang menghubungi ANTARA di Denpasar dari Dili, menyatakan, selain kedua anak buah kapal dan penumpang KM Citra Kencana Tunggal yang selamat berusia 37 tahun dan 18 tahun itu, masih ada 10 lagi warga negara Indonesia, baik ABK ataupun penumpang kapal nahas itu yang hilang.

Menurut Simorangkir, Sua dan Kipliadi ditemukan pada 18 September lalu oleh beberapa nelayan Timor Timur yang sedang melaut di lepas pantai Kawasan Maubara, Distrik Likuisa. Distrik ini terletak sekitar dua jam berkendara dari Dili ke arah Batugade, perbatasan antara Indonesia dan Timor Timur.

"Saat ditemukan para nelayan itu, keduanya dalam keadaan sangat mengenaskan, terapung-apung di atas rakit yang dibuat dari drum-drum solar yang bisa dibuat selama lima hari tanpa makan. Mereka sampai mati rasa di sekujur tubuh dan nyaris pingsan," katanya.

Sua adalah warga Kelurahan Matompolle, Kecamatan Polut, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatang, sebagai tukang kayu untuk CV Tugu yang sedang mendapat satu proyek pembangunan di Pulau Saumlaki, Maluku Tenggara Barat, sementara Kipliadi adalah warga Desa Pakkalang, Kecamatan Galesong, juga di Kabupaten Takalar.

Oleh para nelayan dan pihak pemegang otoritas di Maubara itu, kedua korban selamat itu langsung dibawa ke rumah sakit di subdistrik itu, untuk kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Guido Valadares di Dili. Pihak KBRI di Dili juga menyatakan terima kasih dan penghargaan kepada masyarakat dan pemerintah Timor Timur atas kesediaannya memberi pertolongan dan perawatan kepada kedua WNI yang terdampar itu.

Setelah beberapa saat dirawat dan diberi pertolongan segera, pihak rumah sakit dan beberapa aparatur pemerintah Timor Timur memberitahu KBRI di Dili, bahwa ada dua WNI asal Makassar yang terdampar dan dirawat di sana.

Simorangkir menyatakan, setelah mendapat kabar itu, beberapa staf KBRI di Dili langsung menuju rumah sakit besar di Dili itu dan mengurus berbagai hal terkait perlindungan terhadap WNI di luar negeri sesuai peran dan fungsi perwakilan resmi Indonesia di luar negeri.

Menurut dia, berdasarkan keterangan Sua dan Kipliadi yang kemudian bisa diperoleh, terdapat 10 lagi WNI yang hilang dalam upaya mereka menyelamatkan diri agar tidak tenggelam setelah kapal barang itu bocor di perairan Laut Banda.

"Semuanya asal Takalar, Sulawesi Selatan, yaitu Daeng Muntu, kapten kapal, Ago, juru mesin kapal, Jamal, dan Karaeng Cadi, yang keduanya koki, Karaeng Cadi. Selain itu terdapat penumpang, juga sebagai pekerja CV Tugu yang ikut dalam kapal nahas itu. Mereka adalah Rawan, Bakri, Bani, Sija, Buang, dan Laja. Semuanya berangkat dari Pelabuhan Kotere, Makassar, pada 11 September subuh lalu dengan tujuan Pulau Saumlaki, Maluku Tenggara Barat," katanya.

Di dalam kapal barang itu, kata Simorangkir, terdapat 25 ton beras, 40 ton semen, 10 ton besi, 1,5 ton pipa, dan 100 lembar tripleks tebal.

"Sua menyatakan, kapal mulai diketahui bocor sejak tiga hari berlayar. Mereka bekerja keras agar kebocoran tidak bertambah parah namun percuma karena gelombang laut sedang tidak bersahabat. Akhirnya mereka membuat rakit semampu mereka, terapung-apung selama lima hari, dan ke-10 orang itu lalu terpisah dari rakit untuk akhirnya hilang," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009