Jakarta (ANTARA News) - Memasuki kaki Gunung Lotus di Panyu, Guangzhou, hiruk pikuk pekerjaan konstruksi terdengar jelas. Sejumlah bangunan sudah kelihatan bentuknya, tetapi tidak sedikit yang masih tertutup jaring plastik dengan bangunan setengah jadi.

Di sejumlah tempat, pembangunan jalan juga sedang dikebut. Sejumlah pekerja mengecor jalan di Kota Asian Games (Asian Games Town).

Guangzhou, pada November 2010, atau tepatnya 12-27 November tahun depan akan menjadi tuan rumah Pesta Olahraga Asia (Asian Games) ke-16. Peristiwa olahraga ini merupakan salah satu kegiatan sport yang terbesar yang dilaksanakan China tahun depan, atau yang kedua setelah Beijing 2008 Olympic Games (Olimpiade Beijing) yang fenomenal itu.

Pesta olahraga itu juga akan menjadi yang terbesar dibandingkan Asian Games yang pernah ada. Mengapa? Karena, diperkirakan sekitar 10.000 atlet dari 45 negara berpartisipasi di sana.

Jumlah cabang olahraga yang dipertandingkan juga meningkat, yakni 42 cabang, 28 di antaranya merupakan cabang olahraga standar olimpiade dan 14 non-olimpiade. Sejumlah empat cabang olahraga fisik, seperti dancesport, perahu naga, sepatu roda dan kriket akan dipertandingkan serta dua pertandingan asah otak, yakni weiqi dan xiangqi (keduanya catur China) akan dipertandingkan untuk pertama kali pada fora Asian Games.

Namun, pertanyaan yang muncul adalah, apakah pembangunan 53 venue untuk pertandingan dan 19 venue untuk latihan akan selesai tepat waktu?

Di depan 19 wartawan Asia, Xu Rui Sheng, Wakil Wali Kota Guangzhou yang juga Wakil Eksekutif Sekretaris Jenderal Asian Games Guanzhou mempresentasikan kondisi terakhir pembangunan venue tersebut dengan sangat meyakinkan.

Didukung teknologi canggih dan piranti lunak program komputer mutakhir, Xu menampilkan gambar-gambar venue tiga dimensi yang hidup, layak film adanya.

Penguasaan grafis, touch screen dan piranti lunak bukan hal baru bagi China. Di Guangzhou Science City, misalnya, produsen Vtron sudah menguasai teknologi layar sentuh, tidak hanya sekadar program untuk keperluan presentasi tiga dimensi, tetapi juga penguasaan program untuk mengatur lalu lintas, subway, penyaluran gas dan sebagainya.

Program itu didukung oleh layar lebar tersusun memanjang (video wall) memenuhi ruangan operasi (operation room). Setiap layar memiliki program tersendiri yang bisa bekerja sendiri-sendiri dan bersama-sama sehingga tampak seperti layar bioskop adanya.

Vtron Video Wall sudah digunakan di Uni Emirat Arab (UEA), India, Korea, Chile, Brazil, Anggola, Rusia, Norwegia dan Indonesia, di samping, tentu saja, di China.

Optimistis
Kembali ke pembangunan venue Asian Games, Luo Guanzhai, Direktur GCPO, kontraktor pembangunan venue tersebut, menyatakan optimistis semuanya akan selesai tepat waktu. Pengerjaan 12 venue baru sedang dilaksanakan.

Sementara pembangunan perkampungan atlet, Technical Official`s Vilage dan Kampung Media (Media Village) sudah memasuki tahap pemasangan atap. Begitu juga dengan sistem teknologi dan informasi dan media siarannya.

Xu juga menyatakan hal yang sama. Dalam waktu dekat, penduduk Guangzhou dan turis akan bisa melihat bentuk futuristik dari venue-venue baru tersebut, seperti stadion kolam renang dan menyelam yang berbentuk riak air, stadion balap sepeda yang beratap gelombang, serta Nansha Gymnasium yang berbentuk spiral yang melambang harmonisasi dari Yin dan Yang dalam olah raga Wushu, kombinasi Surga dan Manusia.

Lalu bagaimana dampak krisis global pada pembangunan venue tersebut? Xu mempersilakan wartawan untuk melihatnya sendiri. "Pembangunan terus berjalan dan akan selesai pada waktunya," kata Xu.

Memang China, di samping India dan Indonesia, adalah sedikit negara yang masih mengalami pertumbuhan di saat negara lain, terutama negara maju, terpuruk terkena dampak krisis global.

China masih mengalami pertumbuhan cukup signifikan. Ekonomi negara berpenduduk 1,3 miliar itu pada 2008 sebesar 10 persen dan kondisi yang sama diperkirakan akan terjadi pada 2009 ini, begitu juga dengan Guangzhou.

Kota yang terletak di provinsi Guandong (dahulu Kanton atau Kwantung) terketak di selatan China, atau dikenal dengan Gerbang Selatan China, di muara Sungai Mutiara (Pearl River) dan menjadi pintu utama ke Hong Kong dan Asia Tenggara serta memiliki pelabuhan dan bandara yang sibuk.

April lalu panitia sudah mengundang sukarelawan untuk berpartisipasi pada peristiwa olahraga besar itu. Hasilnya, 210.000 orang menyatakan sudah bersedia berpartisipasi.

Panitia juga sudah menyiapkan panduan, kebijakan tentang transportasi, akomodasi, katering, akreditasi, pelayanan kesehatan, keamanan dan peraturan pertandingan.

Hingga Agustus ini panitia sudah mendapat 32 sponsor dari perusahaan dalam dan luar China.

Panitia juga memperkenalkan maskot berbentuk kelinci yang diberi nama Le Yangyang, A Xiang, A He, A Ru, dan A Yi, masing-masing berbeda warna yakni kuning, biru, merah, hijau dan hitam.

Kelimanya melambang harapan dari warga Guangzhou yang menginginkan Asian Games ke-16 membawa keberuntungan, harmony, kebahagiaan, sukses dan kegembiraan kepada semua penduduk Asia dan seluruh dunia.

Di sejumlah stadion itu atlet terbaik Asia akan berlaga, termasuk atlit Indonesia. Indonesia dikabarkan akan mengirim atlet dalam jumlah terbatas. Indonesia masih akan mengandalkan bulutangkis untuk meraih emas dan sejumlah cabang lainnya.

Akankah Indonesia berjaya? Semua berpulang pada kerja keras atlet dan pelatih.

Seperti pelaksanaan Asian Games sebelumnya, atlet China diperkirakan akan mendominasi sejumlah cabang, termasuk bulutangkis, renang dan atletik.

Apapun hasilnya, panitia Asian Games 16 Guangzhou ingin forum olahraga yang dilaksanakan setiap tahun itu menjadi ajang mempererat persahabatan seperti yang disimbolkan pada maskotnya.

"Kami ingin forum ini akan mempererat persahabatan di antara negara-negara Asia," kata Xu.

Harapan Xu itu tidak muluk-muluk dan diperkirakan akan terwujud pada November 2010 nanti. Pertandingan olahraga selalu menjunjung sportivitas yang meletakkan kejujuran dan latihan keras untuk mengukir prestasi pada tempat utama.

Olahraga juga turut membentuk karakter suatu bangsa, di mana setiap kompetisi harus dilakukan dengan jujur, mengikuti peraturan pertandingan dan harus legawa menerima kekalahan.

Jika demikian, tidak salah pemerintah Guangzhou berinvestasi besar pada olahraga. Semua demi bangsa. Kalau begitu, salam olahraga...(*)

Oleh Erafzon Sas
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009