Tegucigalpa (ANTARA News) - Protes meningkat di Tegucigalpa, Sabtu waktu setempat sementara ribuan pendukung Presiden Manuel Zelaya yang disingkirkan turun ke jalan-jalan 90 hari setelah ia disingkirkan dan harapan-harapan tipis bagi jalan keluar konflik di ibukota negara itu.

Setelah ribuan orang bergerak ke kedutaan besar Brazil tempat Zelaya berlindung sejak Senin, ratusan orang ikut melakukan protes dengan menggunakan kendaraan, membunyikan klakson-klakson dan mengibar-ngibarkan bendera Honduras ketika mereka melewati sebuah jalan utama ibukota itu, Tegucigalpa.

Seorang diplomat yang meninggalkan kedutaan besar Brazil mengecam "pengepungan" dengan pasukan berjaga-jaga di sekitar kompleks itu.

"Ini adalah satu-satunya tempat di dunia di mana satu kedutaan besar dikepung," kata Francisco Catunda,kuasa usaha Brazil, ketika meninggalkan gedung itu untuk pertama kali sejak Zelaya berada di sana awal pekan.

"Anda tidak bisa membayangkan berapa banyak surat, cek dan perundingan yang harus saya urus karena itu saya, kuasa usaha Brazil harus pergi keluar," kata Catunda kepada wartawan seperti dilaporkan AFP.

Sebagian besar orang di dalam kedubes itu berada dalam kesehatan baik, kata Catunda dan menambahkan seorang diplomat Brazil lainnya mengemukakan kepada dia bahwa ia mencium gas yang berbau pada hari sebelumnya, setela Zelaya menuduh militer berusaha meracun dia dan sekitar 60 orang masih berada di dalam kompleks dengan menyemprot gas berbahaya ke gedung itu-- satu tuduhan yang dibantah para pejabat Honduras.

Sebuah pernyataan yang disiarkan televisi nasional, Sabtu menyerukan pemerintah Brazil mengakhiri pemberian perlindungan terhadap Zelaya yang dapat memberikan dia menghasut kerusuhan di Honduras.

Dewan Keamanan PBB, Jumat memperingatkan agar pihak penguasa defakto tidak mengganggu kedubes itu.

Para pengunjukrasa datang setiap hari ke kompleks kedubes itu, yang dikepung polisi anti huru hara dan tentara, untuk menunjukkan dukungan mereka kepada kepala negara sekarang.

Banyak pengunjukrasa mengatakan kepulangan Zelaya secara mendadak ke Honduras, Senin-- hampir tiga bulan setelah ia disingkirkan dalam sengketa menyangkut rencananya untuk mengubah konstitusi negara itu-- memperkuat dukungannya.

"Para pemimpin kudeta lebih melakukan tekanan untuk berunding sekarang, kata pemimpin serikat buruh Juan Barahona kepada AFP.

Akan tetapi negara-negara Uni Eropa memutuskan akan mengirim kembali para dubes mereka yang ditarik setelah kudeta itu, kata ketua aliansi itu Swedia, Sabtu.

Ia menambahkan kepulangan kembali dubes-duber Prancis, Jerman, Itali dan Spanyol agaknya bukan menyatakan secara langsung pengakuan kepada pemerintah defakto negara itu.

Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva, Jumat mengatakan bahwa Zelaya "bisa tinggal selama diperlukan bagi keselamatannya" di kedubes Brazil.

Para pemimpin defakto menegaskan kompleks itu tidak akan diambil alih secara paksa dan menolak bertanggungjawab atas pemutusan aliran listrik dan air sebelumnya.

Larangan keluar rumah pada siang hari dicabut, Kamis dan bandara-bandara dibuka kembali, yang memungkinkan bisnis dimulai kembali.

Harapan-harapan awal setelah adanya tawaran-tawaran dari Zelaya dan pemimpin defakto Roberto Micheletti segera memudar, dan pada hari Sabtu dalam satu pertemuan para pemimpin Afrika da Amerika Selatan di Isla Margarita, Venezuela , presiden Brazil mengingatkan terhadap

PBB, Rabu membekukan dukungan teknis bagi pemilihan presiden yang menurut rencana diselenggarakan Nopember, yang agaknya akan meningkatkan tantangan bagi penyelenggaraannya. Masa jabatan Zelaya akan berakhir Januari 2010.

Seorang juru bicara polisi mengemukakan kepada AFP Rabu bahwa dua orang tewas dalam protes-protes pro Zelaya sejak awal pekan, dan kelompok-kelompok hak asasi manusia menyatakan kekhawatirannya akan tindakan keras terhadap para pengunjukrasa dan media lokal. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009