Banjarmasin (ANTARA News) - Krisis air bersih melanda kawasan pasang surut di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), sehingga warga setempat harus mengeluarkan uang Rp4.000 untuk menebus satu jirigen air leding dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Samad, warga Sungai Puntik, Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kalsel, menyatakan di desanya ada seorang membawa air leding yang seakan untuk keperluan sendiri, tapi kalau ada yang mau beli harus rela mengeluarkan uang Rp4.000/jerigen berisi 20 liter.

"Orang yang membawa air leding itu paling banyak empat jerigen, sehingga seakan untuk keperluan sendiri. Tapi kalau ada yang memerlukan dia menjualnya dan yang mau membeli harus rela membayar Rp4.000 per jerigen," ungkapnya.

Sementara kawasan Sungai Puntik yang merupakan daerah pasang surut, pada musim kemarau sekarang airnya walau terlihat bening, tapi terasa asin dan bisa untuk mandi, cuci, kakus (MCK).

"Untuk MCK itupun terpaksa, karena untuk menghemat belanja rumah tangga. Sedangkan untuk keperluan konsumsi, seperti minum dan memasak mau tak mau harus membeli air leding dan kalau tidak ada yang jual, terpaksa beli aqua galon atau sejenisnya," tutur ayah dari tiga anak tersebut.

Ia mengaku, dalam kondisi seperti air Sungai Puntik pun sebenarnya tak layak untuk MCK, karena tidak menimbulkan busa walau menggunakan sabun banyak.

Sedangkan air dari sumur bor, juga kurang hygenis dan terasa payau serta asam. Di kawasan Puntik tidak banyak warga yang menggunakan sumur bor untuk mendapat air.

Karena itu, banyak warga Puntik yang terpaksa ke Banjarmasin untuk membeli air leding untuk keperluan rumah tangga mereka sehari-hari, sebab harganya lebih murah, cuma berkisar antara Rp1.000 - Rp1.500 per jerigen (isi 20 liter).

Oleh sebab itu pula mereka berharap ada operasi mobil PDAM yang membagi-bagikian air bersih untuk kebutuhan warga Puntik dan sekitarnya.

"Tentunya air leding dari PDAM itu dengan harga yang miring, bukan seperti penjaja yang menjualnya relatif mahal," demikian Samad.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009