Ramadi, Irak (ANTARA News/AFP/Reuters) - Tujuh polisi tewas dan 10 lain luka pada Senin akibat pembom jibaku meledakkan tangki air di markas besar pasukan gerak cepat polisi Irak di dekat Ramadi, kata pejabat polisi.

Serangan itu terjadi sekitar pukul 15:30 (19:30 WIB) di sekitar 35 kilometer barat Ramadi, ibukota provinsi Sunni Anbar di Irak barat, di jalan raya dari Ramadi ke arah Yordania dan Suriah.

Pos dibom itu bertugas melindungi jalan raya.

Serangan jibaku Senin itu adalah yang kedua dalam beberapa hari terhadap polisi di Anbar, yang merupakan kubu Alqaida sebagai buntut serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2003.

Pada Minggu, pembom mobil jibaku menewaskan empat polisi dan melukai empat lain di sekitar 10 kilometer timur laut Ramadi.

"Pembom jibaku itu meledakkan dirinya di gerbang markas polisi tersebut dan merenggut korban jiwa," kata pejabat polisi.

Ramadi terletak 100 kilometer di barat ibukota Irak, Bagdad.

Anbar, provinsi terbesar Irak, menjadi medan perang keji, yang terpusat pada kota Fallujah dan Ramadi, sementara beberapa kota di sepanjang lembah sungai Furat menjadi kubu dan kemudian tempat berlindung aman pejuang.

Tapi, sejak 2006, suku Sunni setempat di sana memihak tentara Amerika Serikat.

Kekerasan sehari-hari berkurang tajam di Anbar saat pejuang Alqaida diusir dari daerah itu.

Tiga polisi ditembak mati dalam di kota Mosul, Irak utara, dalam kejadian terpisah pada ahir pekan lalu, kata perwira polisi.

Dua polisi tewas dalam serangan senapan terhadap ronda mereka di tengah kota itu.

Polisi ketiga tewas di Mosul barat sesudah seorang pria bersenjata menyerbu rumahnya.

Mosul adalah ibukota propinsi Nineveh, yang tetap merupakan salah satu dari daerah paling rusuh di Irak.

Daftar pemerintah menunjukkan 48 polisi tewas pada Agustus, yang merupakan jumlah tertinggi yang tewas akibat kekerasan di Irak dalam 13 bulan belakangan.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan Amerika Serikat ditarik dari kota di Irak pada akhir Juni menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak melindungi penduduk dari serangan gerilya, seperti, kelompok keras Sunni Alqaida.

Pemboman di Bagdad dan di dekat kota bergolak Mosul diduga bertujuan mengobarkan lagi kekerasan aliran mematikan warga Sunni dengan Syiah, yang membawa Irak ke ambang perang saudara.

Meski terjadi penurunan tingkat kekerasan secara keseluruhan, serangan terhadap pasukan keamanan dan warga masih terjadi di Kirkuk, Mosul, Anbar dan Bagdad.

Banyak orang Irak juga kuatir serangan terhadap warga Syiah akan menyulut lagi kekerasan maut aliran Sunni dengan Syiah, yang baru mereda dalam 18 bulan belakangan. Puluhribuan orang tewas akibat kekerasan sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat ke Irak pada 2003.

Jumlah korban tewas akibat kekerasan di Irak turun hingga sepertiga menjadi 275 pada Juli, bulan pertama pasukan Irak bertanggung jawab atas keamanan di daerah perkotaan sejak serbuan 2003 itu.

Kekerasan menurun secara berarti di Irak dalam beberapa bulan belakangan, namun serangan meningkat menjelang penarikan tentara Amerika Serikat dan 437 orang Irak tewas pada Juni, jumlah tertinggi kematian dalam 11 bulan.(*)

Pewarta: Ardianus
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009