Bengkulu, 30/9 (ANTARA) - Gerusan ombak pantai Barat Bengkulu, membuat jalan lintas barat (Jalinbar) Sumatra yang menghubungkan Bengkulu-Sumatra Barat, Rabu, putus total.

Jalan tersebut ambles sepanjang 50 meter, tepatnya di Desa Serangai Kecamatan Ketahun Kabupaten Bengkulu Utara.

Bupati Bengkulu Utara, Imron Rosadi saat dikonfirmasi membenarkan jalan tersebut akhirnya ambles sepanjang 50 meter dan hanya menyisakan seperempat badan jalan.

"Untuk saat ini hanya bisa dilalui mobil kecil dan jalur sudah dialihkan ke Ketahun-Batik Nau," katanya.

Namun kata dia jalur alternatif sepanjang 50 km tersebut juga tidak bisa dilalui kendaraan besar bermuatan di atas 5 ton karena jembatan yang ada sangat kecil dan tidak sanggup menahan beban berat.

Ia mengatakan sudah menyurati Pemprov dan pusat agar segera mengalokasikan anggaran untuk peningkatan jalan Ketahun-Batik Nau yang dijadikan sebagai jalur baru Jalinbar menggantikan jalur Serangai.

"Sebenarnya sudah enam bulan lebih dialihkan, jadi saat ini jalan yang ambles itu sebenarnya yang menjadi alternatif, tapi pengguna jalan masih lebih banyak menggunakan jalur itu karena jaraknya memang lebih dekat dan lebih mulus,"katanya.

Untuk sementara kata Imron, kendaraan pengangkut batu bara dan sawit tidak akan bisa melewati dua jalan tersebut.

Sekretaris Kabupaten Bengkulu Utara, Eri Astiansyah yang berada di lokasi jalan putus tersebut mengatakan saat ini sejumlah kendaraan terpaksa memutar ke arah Ketahun karena tidak bisa melewati badan jalan yang sempit tersebut.

"Sebagian kendaraan sudah memutar dan kami juga sudah memasang tanda peringatan di simpang menuju jalur D6 Ketahun,"katanya.

Sementara kajian Yayasan Kanopi Bengkulu pada April 2009 yang lalu menunjukkan, gempa tahun 2007 dengan kekuatan 7,9 SR dan beberapa gempa susulan telah meninggalkan retakan dan patahan tanah yang membuat laju abrasi semakin cepat.

Retakan tanah saat ini memang telah tertutup kembali,namun ikatan tanah belum utuh dan kekuatannya tidak seperti semula.

"Kalau selama ini yang terlihat retakan tanah hanya merusak jalan dan bangunan, ternyata retakan-retakan ini telah merusak struktur dan kekuatan tanah di pinggir pantai dan mengalirnya air ke retakan tanah sehingga tanah menjadi lebih lunak dan mempercepat abrasi," terangnya.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009