Jakarta (ANTARA News) - Pukul 05.30, perlahan matahari bersinar. Cuaca di 1 Oktober 2009 berbeda dengan empat hari sebelumnya.

Di pertengahan musim gugur, di atas kota Beijing, matahari selalu kehilangan bentuknya. Hanya sinarnya menerangi pagi di balik kabut yang muram.

Di hari peringatan 60 tahun berdirinya Republik Rakyat China (RRC) ini memang harus berbeda. Dengan rekayasa tertentu, kabut yang biasa muncul di pagi pertengahan musim gugur menyingkir dan langit di atas lapangan Tinanmen cerah.

Di lapangan bersejarah itu diadakan parade perayaan 60 tahun berdirinya Republik Rakyat China (RRC).

Di sepanjang jalan menuju perayaan, puluhan mobil kebersihan membilas jalan agar basah dan resik. Tidak hanya bersih dari debu, jalan menuju lapangan juga harus bersih dari kendaraan umum dan kendaraan pribadi. Di sepanjang jalan polisi dan sukarelawan berjaga, memblokir jalan.

Pukul 6.00 waktu setempat, lapangan Tiananmen sudah penuh dengan anak sekolah, penari, marching band dan artis dan penggembira lainnya. Mereka mengenakan pakaian beragam bewarna-warni.

Sejumlah 56 tonggak melambang 56 etnik di China "berbaris: di kiri kanan Tiananmen. Di belakangnya, berbaris puluhan balon lampion, juga bewarna merah mengambang di udara.

Tugu Pahlawan Rakyat China berdiri tegak di tengah. Di depannya diletakkan foto raksasa Bapak pendiri China modern, Sun Yat Sen, yang diapit displai berlayar lebar, memanjang memenuhi lebar lapangan.

Jauh di seberangnya, melintasi jalan Chang`an, di tembok, di atas pintu masuk Istana Kuno masa Dinasti Ming dan Qing terpasang foto besar Ketua Mao Zedong.

Panggung kehormatan untuk Presiden China Hu Jintao dan tamu kehormatan lainnya disediakan di depan pintu Istana.

Di kiri kanan lapangan, di panggir jalan juga dipasang displai segi empat berlayar raksasa yang menampilkan alam China, kehidupan masyarakat, capaian pembangunan, pesan propaganda silih berganti

Pukul 8.30, tamu kehormatan mulai berdatangan. Sinar matahari mulai menyengat diiringi angin musim gugur yang bertiup sejuk.

Pukul 10.00, di saat wartawan dan tamu undangan mulai letih menanti, upacara dimulai, dengan diawali dentuman meriam.

Presiden Hu berdiri di atas panggung kehormatan. Sepasukan pembawa bendera menuju tiang utama. Lagu kebangsaan pun bergema.

Presiden Hu kemudian memeriksa pasukan dengan menggunakan sedan hitam. Dia berdiri tegak, berjas hitam ala Mao Zedong, berkacamata transparan, dengan badan "menembus" atap sedan buatan China.


Selamat, Kamerad!

Pada pasukan tertentu dia berseru memberi selamat yang dibalas dengan ucapan selamat kepada para pemimpin.

"Kamerad, kamu bekerja keras," teriak Hu di atas sedan, yang dijawab pasukan parade, "Kami melayani rakyat!"

Bersemangat, membangkit pasukan dan rakyatnya, juga ditampilkan Hu dalam pidato singkatnya. Dengan tekanan suara tegas, Sekjen Partai Komunis China itu mengimbau agar semua pihak bersatu untuk membangun negara sosialis yang kaya, kuat, demokratis, madani, harmonis dan modern.

Dia juga mengatakan masa depan China cerah. Pada bagian lain pidatonya dia mengatakan setelah 60 tahun, terbukti hanya paham sosialis yang bisa menyelamatkan China dengan kebijakan reformasi dan pintu terbukanya.

Pidato Hu itu mendapat beberapa kali tepuk tangan dari ribuan undangan.

Setelah pidato Hu, parade pun dimulai. Ratusan ribu anak sekolah, orang dewasa, penari, marching band, dan lainnya memeriahkan parade tahun ini. Angka itu akan menjadi 100.000 peserta jika ditambahkan dengan 10.000 personel tentara dari tiga angkatan yang terlibat.

Diawali dengan defile pasukan tentara yang berbaris rapih, kaku, dengan tangan diayun dari belakang lalu melintang ke dada, parade yang ditunggu-tunggu pun dimulai.

Sejumlah 3000 wartawan dari seratusan negara yang meliput bergairah. Kamera terpasang "on", pembawa acara yang cantik dan ganteng beraksi melaporkan pandangan mata. Sementara di layar lebar, televisi milik pemerintah, CCTV, menyiarkan peristiwa bersejarah itu secara langsung.

Kantor berita Xinhua melaporkan parade tahun ini secara kuantitas hanya sedikit menampilkan senjata, tetapi secara kualitas menampilkan senjata terbaru buatan China.

Sejumlah 52 tipe senjata produksi dalam negeri digelar. Enam diantara merupakan produksi terbaru.

Parade tentara dimulai dari iringan panser, tank, radar, peluru kendali nuklir antarbenua, hingga pesawat tempur. Juga ditampilkan pesawat pengintai airborne early warning and control aircraft (AEWCA) dan satelit kominikasi.


Generasi Muda

Secara keseluruhan, parade tentara menampilkan 56 resimen yang melambang 56 kelompok etnik di China. Sejumlah 14 resimen tampil berbaris, 30 dengan kenderaan militer dan 22 resimen melintas di udara. Mereka generasi muda kelahiran 80-90-an.

Di udara, di bawah langit biru, pesawat udara terbang bergantian, sebagian diantaranya meninggalkan jejak asap merah, kuning, biru dan hijau.

Parade lalu dilengkapi dengan kenderaan hias. Dimulai dengan ornamen raksasa bendera China, lalu diorama tentara dengan "Mao Ze Dong" di tengahnya.

Kemudian diikuti dengan arakan foto raksasa Deng Xiao Ping, Jiang Zemin dan terakhir Hu Jintao di atas kenderaan hias. Pada setiap kenderaan diiringi seribuan penari di kiri kanan, muka dan belakang yang beratraksi di panggung kehormatan. Tepuk tangan bergema untuk mereka.

Panitia juga menampilkan kenderaan hias bertemakan pembangunan, dimulai dari "untaian padi", "traktor" hingga "satelit".

Lalu, diikuti dengan tema etnik yang dilengkapi penari berpakaian tradisional etnik China. Sejumlah kenderaan hias tema pembangunan dan etnik itu dilengkapi dengan display raksasa yang menampilkan foto dan video secara bergantian.

Pukul 12.20, sejumlah 5000 anak berpakaian aneka corak dan ragam, berwarna warni, melintas memegang balon merah menuju panggung kehormatan, kemudian sejumlah 60.000 merpati dilepas diiringi tepuk tangan meriah penonton.

Tidak hanya itu, balon-balon lalu dilepas, membuat rona merah "di langit" Tiananmen.

Sementara di lapangan, puluhan ribu anak sekolah membuat konfigurasi aksara China yang bertuliskan "Selamat Panjang Umur Republik Rakyat China" yang diiringi bahana tepuk tangan panjang.

Tidak terasa, 2,5 jam parade usai sudah. Parade yang hanya dihadiri ribuan tamu undangan itu memang fenomenal dan tidak ada rakyat biasa di sana.

Mereka diminta menontonnya di TV, sejumlah kanal TV milik pemerintah menyiarkannya secara langsung, begitu juga dengan radio. Kemudian acara itu diputar berulang dan berulang.

Hari ini, Beijing dan rakyat China bersuka cita, setidaknya di lapangan Tiananmen. (*)

Oleh Oleh Erafzon SAS
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009