Jerusalem (ANTARA News/AFP) - Israel memiliki 592 rintangan seperti pos pemeriksaan, parit dan penghambat di seluruh Tepi Barat yang didudukinya dan laporan bahwa Israel telah memindahkan 100 kekangan seperti itu tidak dapat dibuktikan, satu badan PBB mengatakan.

Semuanya, ada 69 pos pemeriksaan yang diawaki secara tetap, 23 pos pemeriksaan sebagian dan 500 rintangan tanpa staf di Tepi Barat, kata Kantor untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Jumat.

Itu tidak termasuk delapan pos pemeriksaan di Garis Hijau antara Israel dan wilayah Palestina, menurut kantor tersebut.

Jumlah rintangan tersebut sudah menurun dari seluruhnya 618 tintangan yang didaftar Agustus, tambahnya.

Pada pertengahan September, militer Israel mengumumkan bahwa mereka telah memindahkan 100 rintangan di Tepi Barat, tapi OCHA menyatakan bahwa mereka hanya dapat mengkonfirmasi pemindahan 35 rintangan.

Kantor itu mengatakan sedikitnya 22 rintangan masih di tempatnya.

Dan mereka tidak dapat menemukan 43 rintangan lainnya dengan koordinat GPS yang diberikan oleh militer "karena tidak ada bukti rintangan telah dipindahkan menurut koordinat yang diberikan, atau karena koordinat mengindikasikan posisi di luar Tepi Barat".

Badan PBB itu juga menyatakan hanya 39 rintangan yang termasuk dalam daftar 100 rintangan yang digambarkan dalam database OCHA, yang mengindikasikan signifikansi 61 rintangan yang tersisa itu, dapat menjadi minimal.

Para pejabat Israel telah lama mendebat bahwa pembatasan ketat dalam gerakan barang dan orang di Tepi Barat adalah sangat penting untuk mencegah serangan oleh gerilyawan Palestina.

Namun mereka mereka mengatakan rintangan itu telah berkurang dalam beberapa bulan belakangan ini sebagai bagian dari rencana PM Israel Benyamin Netanyahu untuk "perdamaian ekonomi" dengan Palestina.

Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia menyatakan suatu pertumbuhan ekonomi yang aktif akan tergantung pada pencabutan lebih banyak rintangan oleh Israel, yang mereka katakan telah menghalangi investasi sektor swasta di wilayah Palestina selama hampir satu dasawarsa.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009