Kupang (ANTARA News) - Ketua Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Ferdi Tanoni berpendapat, Indonesia dan Australia perlu segera membentuk sebuah komisi independen untuk menyelidiki pencemaran minyak mentah (crude oil) di Laut Timor.

"Masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan ini sudah merupakan masalah universal sehingga sudah menjadi kewajiban seluruh dunia untuk menanganinya secara bersama," katanya kepada pers di Kupang, Minggu.

Tumpahan minyak mentah yang mencemari Laut Timor itu terjadi setelah meledaknya sumur minyak Montara di Laut Timor pada 21 Agustus lalu yang memuntahkan sekitar 500.000 liter minyak setiap hari.

"Ini sebuah situasi yang sulit sehingga perlu dibentuk sebuah komisi independen antara Indonesia-Australia dengan tugas khusus menyelidiki tumpahan minyak di Laut Timor tersebut," kata Tanoni yang juga pemegang mandat hak ulayat masyarakat adat Timor, Rote Ndao, Sabu dan Alor itu.

Ia berpendapat, Indonesia tidak bisa mengatakan bahwa masalah pencemaran tersebut adalah merupakan tanggung jawab Australia semata.

Demikian pun sebaliknya dengan Australia yang menyebut pencemaran di Laut Timor, khususnya di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia tidak signifikan.

Tanoni juga mengharapkan pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) perlu segera bersinergi dengan masyarakat untuk mendesak pemerintah pusat agar secepatnya mengatasi masalah pencemaran di Laut Timor saat ini.

"Nelayan tradisional Indonesia yang selama beratus tahun menggantungkan nasib mereka di laut Timor telah merasakan dampak dari pada pencemaran ini. Kondisi di Laut Timor saat ini, sudah pada tingkat mengkhawatirkan," katanya.

Menurut penulis buku, "Skandal Laut Timor, Sebuah Barter Politik Ekonomi Politik Canberra-Jakarta" ini, masalah pencemaran lingkungan seperti yang terjadi di Laut Timor saat ini bisa digugat di Mahkamah Internasional.

Ia menambahkan, rangkaian sejumlah usul tersebut telah disampaikan oleh pihaknya melalui surat elektronik kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Australia pada Jumat (9/10).

Ia mengemukakan bahwa dalam surat elektroniknya itu, ia juga meminta pemerintahan kedua negara untuk membentuk sebuah komisi independen yang beranggotakan tokoh masyarakat dan para pakar lingkungan dan geologi independen dari kedua negara agar hasil penyelidikan tersebut menjadi objektif.

Ladang gas Montara yang meledak pada 21 Agustus 2009 itu terletak sekitar 690 km barat Darwin, Australia utara dan 250 km barat laut Truscott di Australia barat dan letaknya lebih dekat dengan gugusan Pulau Pasir (ashmore reef).

Akibat meledaknya ladang minyak tersebut pada 21 Agustus lalu menumpahkan sekitar 500 ribu liter minyak mentah ke laut setiap hari dan telah mematikan ribuan ekor ikan di wilayah perairan tersebut.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009