Jakarta (ANTARA) - Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) membuat terobosan program "pernikahan massal" antara pendidikan vokasi dengan dunia usaha dunia industri (DUDI) dengan meluncurkan program upskilling dan reskilling guru SMK.


Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud, Wikan Sakarinto menyatakan Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri merupakan "mak comblang" yang akan menikahkan pendidikan vokasi dengan DUDI.

"Pernikahan massal ini dilakukan baik di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Perguruan Tinggi Vokasi (PTV), maupun lembaga kursus dan pelatihan guna menghasilkan SDM vokasi yang unggul," ujar Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud, Wikan Sakarinto, di Jakarta, Selasa.

Program pertama yang diluncurkan adalah upskilling dan reskilling guru kejuruan SMK di industri. Ini merupakan program yang sangat signifikan untuk mendukung "pernikahan massal" dengan dunia industri. Kemendikbud sedang merancang kurikulum SMK yang baru, yakni lebih simpel dan match karena disusun bersama industri.

Baca juga: Lulusan SMK cepat bekerja dengan program "pernikahan massal"

Baca juga: Mendikbud: "Pernikahan massal" SMK dan industri saling menguntungkan


"Kurikulum ini mencakup pemenuhan kompetensi teknis dan nonteknis secara seimbang," ujar Wikan pada peluncuran program upskilling dan reskilling guru kejuruan SMK dan bantuan pemerintah bidang Kemitraan dan Penyelarasan dengan DUDI, di Jakarta.

Program upskilling adalah peningkatan kemampuan guru dan reskilling adalah pelatihan kemampuan baru juga bagi para guru.

Kemendikbud membuka kesempatan bagi 2.160 guru untuk mengikuti program upskilling dan reskilling guru kejuruan SMK. Dirjen Wikan mengungkapkan, dengan perkembangan teknologi di industri yang cepat, SMK harus mampu beradaptasi dengan pembelajaran yang fleksibel dan kontekstual dengan industri.

Salah satunya, dilakukan melalui skema pembelajaran project by learning atau bring industry to school.

"Meski pembelajaran SMK tetap 60 persen mengedepankan praktik, tetapi seluruh mata pelajaran baik praktik maupun teori dikontekstualisasi dengan kondisi nyata di industri.

Guru SMK tidak hanya mengajar, tetapi juga sebagai mentor, fasilitator, motivator, dan coach yang dapat mengubah nobody menjadi seorang bintang, mampu membangkitkan anak menjadi kompeten setelah lulus SMK, baik secara prestasi, leadership, ability, dan kemampuan komunikasi," kata dia.

Pelaksanaan program upskilling dan reskilling guru kejuruan SMK didasarkan pada pemetaan empat bidang cluster center of excellence (CoE) SMK, meliputi bidang manufaktur dan konstruksi, ekonomi kreatif, hospitality, dan care service.

Pemilihan CoE tersebut telah mempertimbangkan tren perkembangan industri dan kapasitas penyerapan tenaga kerja. Secara total, terdapat 21 kompetensi keahlian di SMK yang masuk dalam kriteria.

Program upskilling dan reskilling guru kejuruan SMK akan dilakukan secara pembelajaran daring dan pembelajaran campuran sesuai dengan kompetensi dan keterampilan kejuruan yang akan dicapai guru.

Pelatihan selama dua hingga empat bulan itu terbuka bagi guru SMK yang memiliki usia di bawah 50 tahun dan memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK). Sementara untuk informasi lebih lengkap mengenai persyaratan dapat diakses melalui laman www.vokasi.kemendikbud.go.id.

Setelah peluncuran program, Webinar kemudian dilanjutkan dengan sesi talkshow bersama Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Ahmad Saufi dan Wakil Ketua Komite Tetap Pelatihan Ketenagakerjaan KADIN Indonesia, Miftahudin.*

Baca juga: Dirjen ingatkan siswa agar SMK jangan jadi pilihan kedua

Baca juga: Kemendikbud: Tidak semua SMK masa pembelajaran empat tahun

Pewarta: Indriani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020