Yogyakarta (ANTARA News) - Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta AAGN Ary Dwipyana menilai susunan kabinet presiden terpilih Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) cenderung orang-orang di sekitar SBY.

"Catatan saya, orang-orang yang telah dipanggil SBY untuk masuk dalam kabinetnya cenderung `All The SBY Man` atau orang-orang di sekitar SBY, karena pertimbangan untuk rekrutmen kandidat menteri lebih didasarkan pada kedekatan secara politis dan unsur dari tim sukses," katanya di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, dari unsur politis tampak sekali mereka yang dipanggil banyak berasal dari unsur koalisi partai politik (parpol) pendukung SBY.

"Itu sudah tampak dari beberapa nama yang dipanggil, serta dari unsur tim sukses yakni figur-figur yang selama ini berjuang bersama SBY dalam pemilu presiden," katanya.

Ary berpendapat kenyataan tersebut yang perlu dikritisi, karena kelihatan sekali SBY lebih memperhatikan representasi politik dengan terakomodasinya sejumlah figur dari parpol dan tim sukses.

Ia mencontohkan dari parpol koalisi dapat dilihat munculnya nama Agung Laksono yang merupakan bukti SBY mengakomodasi Partai Golkar.

"Meskipun selama lima tahun terakhir Agung Laksono dikenal sebagai pimpinan DPR, namun dalam kompetensi dan hal tertentu, masih belum terlihat hasil yang menonjol yang telah dilakukan Agung Laksono. Ini menunjukkan faktor representasi parpol lebih kuat dari kompetensi," katanya.

Sedangkan dari tim sukses SBY, baru beberapa nama yang muncul seperti Marsekal (Purn) Djoko Suyanto, Jenderal Polisi (Purn) Sutanto. Kedua nama ini sebelumnya telah memiliki pengalaman dan pernah menduduki posisi penting dalam pemerintahan.

"Dari tim sukses yang belum teruji kompetensinya adalah Gamawan Fauzi yang saat deklarasi SBY bertugas membacakan naskah deklarasi. Pilihan terhadap Gubernur Sumatra Barat ini juga lebih bernuansa politis dan kedekatan saja," katanya.

Meskipun, menurut dia, selama ini Gamawan di Solok dikenal sebagai sosok yang bersih. Namun, dari sisi kompetensi masih belum ada yang menonjol.

Ary mengatakan memang dalam kabinet ini ada regenerasi, tetapi bukan dalam arti regenerasi yang sesungguhnya untuk menciptakan terobosan inovasi serta kreativitas pembantu presiden.

"Regenerasi kabinet ini sekedar wajah baru, tetapi belum menyentuh upaya untuk terobosan baru," katanya.

Kalau dilihat yang terjadi sekarang, menurut dia kecenderungan SBY tidak mengambil orang di luar kelompoknya, dan tidak pernah mempertimbangkan orang di luar parpol dan tim sukses atau orang yang dikenal tidak memiliki kepentingan politik, namun memiliki kompetensi yang tinggi.

Ia mengatakan dengan perkiraan kabinet seperti ini, artinya lima tahun ke depan hanya akan melihat kabinet loyal yang sedikit memunculkan manuver serta ide segar.

"Mereka yang duduk di kabinet lebih banyak orang loyal, sehingga menurut saya akan sulit menghasilkan kabinet yang inovatif dan kreatif," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009