New York (ANTARA News/AFP) - Euro melonjak menembus level utama 1,50 dolar pada Rabu, ke tertinggi baru 14-bulan karena investor semakin percaya diri menjual unit AS dan mendukung aset yang memberikan imbal hasil lebih tinggi.

Pada 2100 GMT, euro berada di 1,5016 dolar, tingkat terakhir terlihat pada 11 Agustus 2008, naik dari 1,4937 dolar di New York akhir Selasa.

Unit Eropa diperdagangkan setinggi 1,5046 dolar sebelum akhirnya mundur kembali.

Euro mencapai rekor tinggi 1,6038 dolar pada 15 Juli 2008 dan rekor rendah 0,8352 dolar pada 6 Juli 2001.

Dolar secara luas melemah, tapi berhasil naik ke 90,96 yen dari 90,72 yen, naik pada unit Jepang yang juga dilihat sebagai mata uang safe-haven yang memberikan hasil rendah.

Michael Woolfolk dari Bank of New York Mellon mengatakan, dolar mencoba "rebound" ketika pasar sedang "ketakutan" oleh laporan-laporan bahwa pemerintah AS akan segera mengimplementasikan pengurangan kompensasi pada bank-bank penerima dana talangan (bail-out).

"Rebound moderat dalam greenback dan berkurangnya selera risiko mendorong harga komoditas lebih rendah," katanya.

Dolar telah menderita dari kebijakan suku bunga Federal Reserve AS mendekati nol. Pengamat mengatakan ini pemicu terjadinya yang disebut "carry trade" dimana investor meminjam dalam dolar untuk berinvestasi di aset yang menghasilkan lebih tinggi.

Analis mengatakan meminjaman murah dalam dolar yang kemudian beralih ke mata uang lainnya seperti euro, atau ke saham dan komoditi yang telah melambung pada harapan bahwa pemulihan dari kemerosotan ekonomi global akan berlanjut.

Euro naik di atas 1,50 dolar kemungkinan akan menimbulkan upaya meningkatkan upaya oleh Eropa untuk membendung penurunan greenback dan melemahkan euro untuk membantu mendukung pemulihan zona euro.

"Sampai sekarang pemulihan zona euro terus meluas walaupun nilai tukar menguat. Namun, data ekonomi terbaru dari Jerman melihat penurunan tajam dalam surplus karena lebih tinggi Euro mulai membebani ekspor," kata Boris Schlossberg dari Global Forex Trading.

Dia mengatakan pejabat Bank Sentral Eropa "tidak mungkin untuk menerima rally terbaru ini tak tertandingi karena peningkatan mata uang dapat mengakibatkan satu hal yang paling menakutkan para pembuat kebijakan Eropa -- menambah kehilangan pekerjaan."

Pada hari Senin, kepala Eurogroup Jean-Claude Juncker, bos Bank Sentral Eropa Jean-Claude Trichet dan komisaris urusan ekonomi dan moneter Uni Eropa Joaquin Almunia memperingatkan kemungkinan bahaya.

Trichet mengatakan pihaknya adalah trio "posisi umum" bahwa "volatilitas berlebihan" dari pergerakan mata uang sudah jelas "berimplikasi negatif bagi ekonomi dan stabilitas keuangan" di perekonomian Eropa secara keseluruhan.

Para analis mengatakan kekhawatiran para pejabat itu beralasan.

"Kekuatan euro terhadap dolar mempertinggi kekhawatiran tentang kekuatan dan kesinambungan pemulihan zona euro," kata ekonom IHS Global Insight, Howard Archer.

"Yang paling jelas jatuh ... akan menjadi zona utama eksportir ke Amerika Serikat, dan negara-negara yang terkait dengan mata uang dolar, karena mereka jelas akan menemukan daya saing mereka terganggu."

"Ini adalah pada saat aktivitas ekonomi global dan perdagangan masih rapuh, dengan risiko kambuh serius," katanya.

Pada akhir perdagangan New York, dolar turun menjadi 1,0058 franc Swiss dari 1,0118 franc pada Selasa. Pound Inggris melonjak ke 1,6605 dolar AS dari 1,6371 dolar.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009