Kupang (ANTARA News) - Partai Hijau di Senat Australia mendukung sepenuhnya gagasan pembentukan tim pencari fakta (TPF) terhadap dampak pencemaran minyak mentah (crude oil) di Laut Timor akibat meledaknya ladang gas Montara pada 21 Agustus 2009 lalu.

"Ini sangat luar biasa karena Australia sendiri sangat prihatin dengan kondisi yang terjadi di Laut Timor saat ini," kata pemerhati masalah Laut Timor yang juga Ketua Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Ferdi Tanoni kepada pers di Kupang, Rabu.

Ia mengemukakan ini setelah menerima surat elektronik dari Senator Hijau Australia Chris Twomey yang mengatakan bahwa Partai Hijau di Senat Australia sangat tertarik dengan gagasan pembentukan TPF tersebut.

Twomey dalam surat elektroniknya itu menegaskan, "Jika Pemerintah Federal Australia tidak segera mengambil langkah-langkah pencegahan, Partai Hijau bersama YPTB akan turun langsung ke Laut Timor untuk melihat kondisi sesungguhnya yang terjadi di sana".

"Kami merasa frustrasi dengan tanggapan Pemerintah Federal Australia tentang krisis pencemaran minyak mentah di Laut Timor ketika mereka mempertanyakan Otorita Keselamatan Maritim Australia (AMSA-Australia Maritime Safety Authority) dan Menteri Lingkungan Hidup Australia pada 14 September 2009 di Senat Australia setelah melihat gambar dari Satelit NASA," kata Twoney.

Tanoni yang juga mantan agen imigrasi Kedutaan Besar Australia itu menambahkan, pihaknya juga telah menyurati pimpinan Partai Oposisi Australia (Partai Liberal) di Parlemen Australia untuk memberikan dukungannya terhadap upaya pembentukan sebuah penyelidikan penuh di Senat Australia terhadap dampak pencemaran di Laut Timor saat ini.

"Jika kita mencermati isi surat elektronik Chris Twomey, tergambar jelas bahwa Pemerintah Federal Australia dan AMSA terkesan menutup-nutupi kasus pencemaran minyak di Laut Timor," kata penulis buku "Skandal Laut Timor Barter Ekonomi Politik Canberra-Jakarta" itu.

Salah satu bukti dugaan tersebut adalah sesungguhnya Pemerintah Federal Australia telah menghubungi Otoritas Indonesia dan menyampaikan secara resmi bahwa tumpahan minyak dari ladang Montara telah memasuki wilayah perairan Nusa Tenggara Timur (NTT) sejauh 51 mil atau sekitar 80 km tenggara Pulau Rote.

Di samping itu, AMSA juga secara resmi telah mengundang pejabat dari Departemen Perhubungan Indonesia mengunjungi Australia untuk melihat kondisi pencemaran di Laut Timor, namun hasilnya tidak pernah diumumkan ke publik hingga saat ini.

Menurut laporan jaringan YPTB dari Sydney Australia, kata Tanoni, hingga saat ini belum diketahui secara persis berapa besar jumlah angka kebocoran minyak mentah, gas dan kondesat yang telah menyembur ke laut Timor setiap harinya.

Namun, di satu sisi pihak Kementerian Lingkungan Hidup Australia dan PTTEP Australasia--operator ladang minyak Montara--mengatakan bahwa hanya 64.000 liter minyak mentah yang menyembur ke Laut Timor setiap harinya.

Tetapi, menurut laporan para pemerhati lingkungan di Australia yang membuat penelitian terhadap pencemaran mengatakan tidak kurang dari 500.000 liter minyak mentah dimuntahkan setiap hari ke Laut Timor dari ladang Montara yang bocor.

Sementara juru bicara Kementerian Energi Australia menyebutkan, sekitar 2.000 barel minyak, gas dan kondensat yang menyembur ke Laut Timor.

"Kita mengharapkan agar Departemen Perhubungan tidak menutup-nutupi kasus pencemaran di Laut Timor saat ini karena apapun juga alasannya telah terbukti bahwa masyarakat di pesisir selatan Pulau Timor, Rote Ndao dan Sabu telah merasakan dampak dari pencemaran tersebut," kata Tanoni.

Menurut dia, pemerintah harus bersikap tegas terhadap Australia sekaligus melakukan upaya-upaya antisipasipatif agar tumpahan minyak mentah yang saat ini sudah mencemari wilayah perairan Indonesia segera diatasi guna meminimalisir dampak kerugian yang dialami para nelayan dan petani rumput laut.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009