Teheran (ANTARA News/Reuters) - Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan, Rabu, adalah suatu kejahatan meragukan hasil pemilihan umum Iran pada Juni, yang kata oposisi dicurangi untuk mendudukkan lagi Mahmoud Ahmadinejad sebagai presiden, demikian dilaporkan media pemerintah.

Khamenei telah mensahkan kemenangan Ahmadinejad dalam pemilihan presiden yang kemudian ditanggapi dengan protes oposisi besar-besaran.

Ia mengatakan, Rabu, pemilihan itu telah dilaksanakan dan pemberi suara yang hadir berjumlah besar, namun beberapa orang "secara tidak adil" mengabaikan kenyataan ini.

"Pemimpin... menganggap mempermasalahkan landasan pemilu itu sebagai kejahatan terbesar," kata televisi pemerintah dalam sebuah laporan dari pertemuan Khamenei dengan para ilmuwan di Teheran.

Televisi itu mengutip Khamenei yang mengatakan, "Sehari setelah pemilihan itu, sejumlah orang menyebut pemilu yang meriah itu sebagai kebohongan. Apakah ini sebuah kejahatan kecil?"

Pihak berwenang menganggap demonstrasi jalanan pasca pemilu yang ditumpas oleh pasukan Garda Revolusi dan milisi sekutunya sebagai upaya dukungan Barat untuk merongrong Republik Islam Iran.

"Tentu, sejumlah orang di (Iran) mungkin tidak menyadari bahwa mereka bergerak sesuai dengan ancaman musuh, namun masalah ini tidak akan mengubah kebenaran," kata Khamenei, yang kata-katanya merupakan penentu akhir bagi semua masalah negara.

Ia tidak menyebutkan nama dalam pernyataannya itu. Pemimpin oposisi Mirhossein Mousavi, yang berada di urutan kedua dalam perolehan suara pemilihan presiden, mengecam pemilu itu sebagai sebuah "permainan berbahaya".

Iran sudah menggelar persidangan massal terhadap lebih dari 140 orang yang dituduh memiliki kaitan dengan demonstrasi besar-besaran dan kekerasan yang terjadi setelah kemenangan Ahmadinejad yang dipersoalkan.

Pemerintah Iran menuduh saingan utama Ahmadinejad, Mousavi, dan calon lain yang kalah menyulut pergolakan politik, dan menyebut negara-negara asing berencana menggoyahkan Iran.

Termasuk yang diadili adalah pegawai-pegawai kedutaan besar Inggris dan Perancis serta seorang wanita Perancis yang menjadi asisten dosen universitas.

Kubu garis keras di Iran sejauh ini menuduh para pendukung oposisi, yang turun ke jalan-jalan untuk memprotes pemilihan kembali Mahmoud Ahmadinejad sebagai presiden, didukung dan diarahkan oleh kekuatan-kekuatan Barat, khususnya AS dan Inggris.

Oposisi yang dipimpin oleh saingan utama Ahmadinejad, Mousavi, menekankan bahwa pemilihan itu telah dicurangi, dan mereka menolak tuduhan-tuduhan mengenai campur tangan asing.

Khamenei mengecam protes itu dan memberikan dukungan tanpa syarat kepada Ahmadinejad dan mengumumkan bahwa pemilihan itu sah, meski dipersoalkan banyak pihak.

Para pemimpin dunia menyuarakan keprihatinan yang meningkat atas kerusuhan itu, yang telah mengguncang pilar-pilar pemerintahan Islam dan meningkatkan kekhawatiran mengenai masa depan negara muslim Syiah itu, produsen minyak terbesar keempat dunia.

Presiden Mahmoud Ahmadinejad, yang telah membawa Iran ke arah benturan dengan Barat selama masa empat tahun pertama kekuasaannya dengan slogan-slogan anti-Israel dan sikap pembangkangan menyangkut program nuklir negaranya, dinyatakan sebagai pemenang dengan memperoleh 63 persen suara dalam pemilihan tersebut.

Para pemimpin Iran mengecam "campur tangan" negara-negara Barat, khususnya AS serta Inggris, dan menuduh media asing, yang sudah menghadapi pembatasan ketat atas pekerjaan mereka, telah mengobarkan kerusuhan di Iran.

Mantan Presiden Akbar Hashemi Rafsanjani mengecam propaganda yang dilakukan media asing mengenai pergolakan kekuasaan di jajaran tinggi kepemimpinan Iran.

"Propaganda yang dilakukan media asing yang berusaha mengisyaratkan bahwa terjadi pergolakan kekuasaan di tingkat puncak pemerintahan merupakan hal yang tidak adil sama sekali bagi revolusi Islam," kata Rafsanjani.

Iran telah melarang media asing meliput pawai-pawai protes dan pertemuan yang diadakan oleh gerakan oposisi.

Kementerian Luar Negeri Iran bahkan menunjuk langsung lembaga-lembaga siaran global seperti BBC dan Voice of America, dengan mengatakan bahwa mereka adalah agen-agen Israel yang bertujuan "memperlemah solidaritas nasional, mengancam integritas bangsa dan mendorong disintegrasi Iran".(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009