Tanjung Pinang (ANTARA News) - Komandan Pangkalan Utama IV TNI AL Laksamana Pertama TNI Muhammad Darojatim mengatakan perairan Selat Malaka terbebas dari perompakan kapal selama 2009.

"Hingga Oktober ini, perompakan kapal tidak ada dan mudah-mudahan tidak ada hingga akhir tahun," kata Darojatim saat menerima kunjungan wartawan unit Departemen Pertahanan di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, Rabu.

Ia mengatakan kasus perompakan kapal Selat Malaka jauh menurun dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu karena ada kegiatan patroli Indonesia dengan negara tetangga.

Menurut dia, selain Selat Malaka, daerah rawan perompakan adalah perairan Karimun dan Singkep.

Dia mengatakan perompakan di wilayah itu sebenarnya tidak layak disebut perompakan dan lebih tepat disebut tindak kekerasan di laut.

"Mereka hanya pencoleng kecil yang jadi duri dalam daging dan menarik perhatian internasional," katanya.

Menurut dia, ada kasus kawanan penjahat itu hanya mengambil gulungan tali kapal milik negara lain,  tetapi isu itu menjadi perhatian internasional.

"Kasus itu dibesar-besarkan sehingga timbul kesan perairan ini tidak aman bagi pelayaran," katanya.

Menurut dia, karena menjadi isu internasional maka TNI AL dan aparat keamanan terkait terus berupaya agar kasus perompakan atau kejahatan laut tidak terjadi.

"Kami kerja sama dengan Polri jika menangkap perompak. Kami tangkap mereka lalu diserahkan ke polisi untuk diproses berikutnya," katanya.

Sebelumnya, Deputi Pengawasan dan Pengendalian Badan Pengusahaan Batam Asroni Harahap mengatakan perompakan dapat ditekan karena ada patroli bersama antara Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

"Bahkan beberapa tahun lalu ada patroli dari Amerika Serikat untuk ikut mengamankan laut dari perompakan," katanya.

Namun, perompakan itu bukan seperti yang terjadi di Somalia yang meminta uang tebusan dalam jumlah besar hingga ratusan miliar rupiah.

"Sasaran perompak di sini bukan kapal atau muatan kapal, tetapi awak kapal yang membawa uang bekal selama berlayar," katanya.

Kapal yang sering menjadi sasaran adalah tanker karena awaknya hanya sekitar 10 orang dan laju kapal yang tidak begitu cepat.

"Para perompak itu tahu jika ruangan di kapal tanker itu sedikit sehingga mudah untuk beraksi," katanya.

Kawanan perompak ini tahu kondisi kapal dan mampu memanjat kapal dengan tali karena mereka berasal dari warga yang tinggal di Kepulauan Riau.

"Jadi, yang merompak ya orang-orang sini juga dan bukan seperti yang dari Somalia," katanya.

Kini, perompakan sudah berkurang sehingga diharapkan Selat Malaka dan perairan Batam aman untuk lalu lintas kapal-kapal dari negara lain.(*)

Pewarta:
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2009