New Delhi (ANTARA News/Reuters)- Sri Lanka mulai mengizinkan puluhan ribu pengungsi Tamil pulang ke rumah-rumah mereka setelah berbulan-bulan berada di kamp-kamp yang dikelola pemerintah, kata kepala kantor PBB yang bertanggungjawab bagi masalah darurat.

Hampir 300.000 warga sipil terpaksa meninggalkan rumah-rumah mereka dan mengungsi di kamp-kamp yang padat di utara pulau Samudra India itu dalam bulan-bulan terakhir perang saudara 25 tahun di Sri Lanka terhadap pemberontak Macan Tamil yang berakhir Mei lalu.

Zola Dowell, kepala Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), mengatakan mulai Agustus sampai akhir Oktober sekitar 90.000 orang pulang ke daerah-daerah asal mereka, dengan 30.000 orang pulang dalam 10 hari terakhir ini.

"Kami menyambut baik pemercepatan proses pemulangan itu," kata Dowell kepada Reuters dalam wawancara telepon Rabu malam dari Kolombo. "Pada pekan lalu, antara 2.500 dan 4.000 orang sehari telah diantar pulang."

Masyarakat internasional selama beberapa bulan mendesak pihak berwenang Sri Lanka mempercepat proses pemulangan itu , dan mengatakan mempertahankan mereka terlalu lama dapat menyemaikan kemarahan dan kondisi yang buruk mengharuskan mereka dipulangkan segera.

Tetapi pemerintah, yang berjanji akan memberikan tempat tinggal yang baru sekitar 80 persen dari pengungsi akhir tahun ini, mengatakan pihaknya perlu menyingkirkan mantan kader pemberontak Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) dan menyingkirkan puluhan ribu rajau darat.

Sebagian besar warga sipil pulang ke daerah-daerah tempat tinggal mereka di Jaffna, ujung utara pulau itu, sementara yang lainnya pulang ke Mannar di timur laut , Vavuniya di utara dan daerah-daerah timur.

"Para pengungsi pulang ke distrik-distrik asal mereka, tetapi karena risiko ranjau darat, banyak yang tidak dapat segera pulang ke rumah-rumah asal mereka," kata Dowell.

Ia mengatakan semula, sebagian besar pengungsi yang pulang ditempatkan di sekolah-sekolah dan gereja-gereja dan gedung-gedung lainnya , dan orang-orang itu relatif bebas bergerak. Namun begitu, para pekerja sosial tidak diizinkan berada di sana sepanjang waktu.

"Ketika pengungsi pulang ke desa-desa mereka, kami ingin berada di sana dengan mereka sehingga kami dapat menjamin seperti tempat distribusi pangan ada di sana dan air serta sanitasi memadai," kata Dowell.

Pemerintah dan organisasi-organisasi sosial memiliki hubungan tegang karena kekhawatiran Sri Lanka bahwa kader-kader LTTE mungkin menyusup ke organisasi-organisasi seperti yang mereka lakukan semasa perang.

Sri Lanka menegaskan pihaknya bisa menangani sendiri tugas-tugas kemanusiaan itu, dan membatasi akses badan-badan sosial ke kamp-kamp pengungsi dengan alasan pihaknya tidak ingin mengancam keamanan negara itu yang telah berjuang keras untuk meraih kemenangan.

(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009