Jakarta (ANTARA News) - Produk asuransi mikro (Mikro Insurance) yang tergolong baru di Indonesia perlu dikembangkan untuk menjamin kehidupan kalangan menengah kebawah.

AVP Departemen Kesehatan dan Kecelakaan PT Asuransi AIU Indonesia Wulan Gallacher di Jakarta, Minggu, mengatakan jenis asuransi mikro ini baru berkembang selama dua tahun terakhir dan responnya sangat positif.

"Kita mengadakan pilot project dengan salah satu bank nasional di Indonesia agar para nasabah yang ikut dalam program kredit mereka juga ikut dalam produk asuransi mikro," ujarnya.

Ia menjelaskan pilot project produk asuransi mikro dengan BRI ini diharapkan dapat membantu kalangan menengah kebawah yang mengambil program kredit BRI, KUMPEDES.

"Kita bekerjasama dengan BRI karena jaringan yang mereka punya dan asuransi ini nantinya menjamin pinjaman yang diambil lewat bank tidak terganggu apabila nasabah sakit dan usaha mereka tetap berjalan," ujarnya.

Wulan menambahkan kalangan yang menjadi target dari produk asuransi mikro ini adalah para petani dan pedagang yang rata-rata merupakan kaum menengah kebawah memiliki penghasilan rendah dan dananya tidak eksklusif.

"Paling banyak kalangan petani yang ikut dan premi yang dibayarkan tergantung dari penghasilan mereka. Misal dengan premi dibawah Rp 100 ribu pertahun, itu jumlah yang memadai, jadi nantinya mereka tidak terbebani dengan premi," ujarnya.

Ia menambahkan saat ini ada sekitar 370 ribu nasabah yang ikut dalam program asuransi mikro dengan jumlah klaim dalam dua tahun terakhir sekitar 2000 klaim asuransi.

"Paling banyak jenis asuransi kesehatan dan kecelakaan, dan diharapkan setelah mereka ikut dalam program asuransi mereka tidak perlu lagi memikirkan biaya apabila mereka harus masuk rumah sakit atau santunan bila mengalami kecelakaan," ujarnya.

Menurut dia, yang menjadi kendala dari pengenalan produk asuransi mikro adalah tingkat kepercayaan dari masyarakat bahwa ikut dalam produk asuransi menguntungkan dan sosialisasi hingga ke daerah-daerah terpencil yang memerlukan waktu dan biaya.

"Bahkan para kalangan berduit saja masih banyak yang belum sadar untuk ikut dalam produk asuransi," ujarnya.

Selain itu masih banyak perusahaan asuransi yang belum mau terjun kedalam bisnis asuransi mikro karena biaya infrastruktur yang diperlukan sangat besar, padahal premi asuransi dalam produk mikro tak menentu dan cenderung kecil.

"Perusahaan asuransi tentunya harus memikirkan nilai ekonomis yang menunjang dan mereka biasanya belum memikirkan konsep ini karena dana yang tidak mencukupi," ujarnya.

Mengenai kasus penipuan (fraud) yang mungkin terjadi dalam asuransi mikro, Wulan mengatakan perusahaan tetap waspada karena apapun tetap terjadi dalam bisnis asuransi.

"Kita meminimalisir resiko dengan tetap waspada dengan hal-hal seperti kemungkinan fraud," ujarnya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009