Singapura (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Lee Hsien Loong tidak membahas perseteruan antara Kamboja dan Thailand dalam pertemuan dwipihak yang mereka lakukan di Singapura, Kamis malam.

Hal itu Hal itu dikemukakan oleh Juru Bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal kepada wartawan di Hotel Marina Mandarin Singapura, seusai mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan pertemuan dwipihak dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.

"Tidak dibahas namun pemerintah Indonesia sangat prihatin dengan apa yang terjadi, ketegangan antara Kamboja dan Thailand," katanya.

Menurut Dino, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa telah melakukan komunikasi dengan timpalannya dari Thailand Kasit Piromya.

"Kita harap ketegangan ini dapat selesai dengan baik," ujarnya.

Sedangkan pemerintah Singapura, pekan lalu telah menyatakan cemas atas pertikaian diplomatik yang memburuk antara Thailand dan Kamboja, mengatakan "itu tidak baik" bagi ASEAN.

Pertikaian antara Kamboja dan Thailand --kedua negara yang berbatasan darat-- berpusat pada semak belukar seluas 4,6 km persegi di dekat kuil kuno berusia 900 tahun Preah Vihear di hutan tebing curam yang memisahkan kedua negara tersebut.

Kedua negara sudah terlibat pertikaian sejak berabad-abad lalu ketika kerajaan Thailand dan Khmer saling berperang memperebutkan wilayah dan kekuasaan.

Pada tahun 1962, pengadilan internasional memutuskan Kamboja sebagai pemilik candi itu, namun tanah yang mengelilinginya masih menjadi wilayah yang diperebutkan.

Keputusan PBB memasukkan Preah Vihear sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO menghidupkan kembali ketegangan atas masalah itu.

Ketegangan makin meningkat awal Juli 2008 ketika tentara Kamboja menahan tiga pengunjuk rasa Thailand yang masuk ke situs itu tanpa izin. Hal itu diikuti dengan penempatan militer masing-masing negara di sekitar kuil itu.

Sekalipun kedua kubu sudah melakukan serangkaian putaran perundingan atas masalah itu, ternyata hingga kini mereka gagal mencapai kesepakatan.

Bahkan tentara kedua negara telah beberapa kali melakukan baku tembak sehingga jatuh korban jiwa.

Tahun 2003, kedutaan besar Thailand di Phnom Penh dibakar oleh para perusuh yang marah karena komentar yang diduga dikeluarkan oleh seorang artis Thailand bahwa kompleks candi Angkor Wat harus dikembalikan ke Thailand.

Pekan lalu ketegangan antara kedua negara memburuk, dimana masing-masing negara menarik pulang duta besarnya, karena keputusan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen untuk menunjuk mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra sebagai penasihat ekonominya.

Kamboja kemudian menolak permintaan Thailand untuk mengekstradisi Thaksin Shinawatra, memperkeruh sengketa kasus pengangkatan Phnom Penh atas pengusaha besar itu, yang ditumbangkan dalam kudeta 2006 dan kini tinggal di pengasingan, untuk menghindari hukuman penjara karena kasus korupsi.

Thaksin dan Hun Sen bersahabat cukup erat selama beberapa tahun dan juga terkadang bermain golf bersama.

Di sela-sela pertemuan puncak Forum Kerja sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), 14-15 November 2009, ASEAN akan melakukan pertemuan puncak pertama dengan AS. Namun, Hun Sen jauh-jauh hari telah mengatakan bahwa ia menolak membahas mengenai peran Thaksin dalam pertemuan puncak itu.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009