Singapura (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berbagi pokok-pokok penting dalam paradigma baru pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berimbang dengan sedikitnya 500 pemimpin perusahaan besar dalam APEC CEO Summit (pertemuan puncak APEC para pemimpin perusahaan besar).

APEC CEO Summit diselenggarakan di Suntec International Conference, Singapura, Jumat.

"Visi dari pemerintahan baru saya lima tahun ke depan adalah pertumbuhan ekonomi yang seimbang, inklusif dan berkelanjutan. Kami telah mengadopsi ini ke dalam program nasional kami," kata Presiden Yudhoyono.

Menurut Presiden Yudhoyono ada lima cara bagaimana Indonesia meraih pertumbuhan tersebut, dan pada saat yang bersamaan memastikan pertumbuhan yang berimbang dan inklusif.

"Pertama, kami akan melanjutkan membangun kepercayaan dalam pemerintahan. Ini berarti melanjutkan dan melengkapi program reformasi birokrasi kami, yang telah disebarkan menteri keuangan khususnya pada reformasi pajak dan bea cukai," katanya.

Kedua, kata Presiden, memastikan lingkungan investasi yang kondusif. Pemerintah Indonesia akan melanjutkan untuk memperlancar prosedur investasi, mengimplementasikan layanan investasi satu atap, dan memastikan iklim untuk melakukan bisnis di Indonesia semakin membaik.

"Ketiga, memberikan perhatian pada infrastruktur. Infrastruktur yang paling dibutuhkan dalam waktu dekat adalah pembangkit listrik. Percepatan 10.000 megawatt pertama sedang dalam proses dan 10.000 megawatt berikutnya akan dimulai. Targetnya adalah 40-50 persen dihasilkan dari sumber energi yang bersih seperti panas bumi," katanya.

Cara keempat, lanjut Presiden, adalah revitalisasi industri dan pertanian. Menurut Presiden, dalam waktu dekat revitalisasi tersebut akan difokuskan pada industri gula dan pupuk, serta meningkatkan produksi untuk memastikan ketahanan pangan, termasuk daging dan kacang kedelai.

"Sedangkan untuk jangka panjang, kami akan fokus pada peningkatan daya saing kami pada berbagai industri dan sektor pangan," katanya.

Sementara itu cara terakhir adalah pertumbuhan inklusif.

"Kami memiliki program komprehensif. Pertama, kami akan meningkatkan garansi skema usaha kecil, menengah oleh pemerintah sehingga dapat diberikan pinjaman dengan total 20 triliun rupiah atau 2 miliar dolar AS pertahun. Kedua, menetapkan target subsidi yang lebih baik dan membangun jaringan pengaman sosial yang efektif," katanya.

Menurut Kepala Negara, Indonesia masih harus menjamin pertumbuhan dengan meningkatkan kebijakan investasi dan keuangan. Indonesia akan meningkatkan pembiayaan di bidang pembangunan infrastruktur dan prioritas sosial.

Pada kesempatan itu Presiden mengemukakan bahwa dengan paradigma baru itu Indonesia ditargetkan mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 sampai 6,8 persen untuk lima tahun kedepan. Untuk mencapai hal tersebut, lanjut Kepala Negara, Indonesia memerlukan dana sekitar 120 hingga 200 miliar dolar Amerika pertahun.

"Sekitar 80 persen diharapkan datang dari sektor swasta, baik lokal maupun internasional. Investasi dibutuhkan untuk mengatasi hambatan infrastruktur, merevitalisasi sektor industri dan pertanian, serta industri kreatif dan inovatif," ujarnya.

CEO Freeport Richard Arkerson bertindak sebagai moderator dan seusai menyampaikan pidatonya, Presiden Yudhoyono menerima beberapa pertanyaan dari peserta yang hadir.

Sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II yang turut mendampingi Presiden antara lain Menlu Marty Natalegawa, Mendag Mari Elka Pangestu, dan Menkeu Sri Mulyani.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009