Bandung (ANTARA News) - PT Dirgantara Indonesia siap melakukan pemeriksaan terhadap Helikopeter NBO -105 atau Bolkow milik Basarnas yang jatuh pada saat latihan di Semarang, Rabu.

"Sampai saat ini belum ada permintaan untuk pemeriksaan heli itu, namun PTDI menyiapkan tim dari unit helikopeter untuk melakukan pemeriksaan heli itu," kata Manajer Humas PTDI Rokhendi ketika dihubungi ANTARA di Bandung, Rabu.

Ia menyebutkan, sesuai dengan prosedur pemeriksaan oleh PTDI akan menunggu permintaan dari pihak terkait yang kompeten menangani masalah kecelakaan udara.

Menurut Rokhendi, helikopeter NBO-105 Basarnas yang jatuh itu buatan PTDI. Namun demikian ia belum mengetahui register dan tahun pembuatan pesawat itu.

"Terlepas dari penyebab kecelakaan itu, PTDI selalu mengirimkan tim untuk ikut memeriksa pesawat yang mengalami kecelakaan," kata Rokhendi.

Helikopeter NBO-105/ Bolkow dibuat pertama kali oleh PTDI (dulu PT Nurtanio) pada tahun 1976 atas lisensi dengan perusahaan produsen helikopeter Eropa, Bolkow. Produk pertama digunakan oleh TNI AD.

Produksi helikopter dengan lima penumpang itu berakhir pertengahan 2009 menyusul habisnya kontrak lisensi dengan Bolkow. Total helikopter NBO-105 yang dibuat PTDI sejak 1976 hingga 2009 sebanyak 122 unit.

Pengguna NBO-105 antara lain TNI, Polri, perusahaan, departemen kehutanan, perusahaan penerbangan carteran, perorangan serta beberapa negara di Asia.

Spesifikasi NBO-105 yang digerakan oleh empat baling-baling itu cocok untuk medan tempur, penanganan bencana, transportasi serta menembus kawasan bergunung-gunung.

Khusus karakternya yang lincah dan efektif untuk medan bencana, helikopter itu beberapa diantaranya dipergunakan oleh Badan SAR Nasional (Basarnas) untuk melakukan SAR di darat maupun di laut.

Selain itu NBO-105 memiliki karakter suara yang lebih halus dan tidak berisik, sehingga banyak dimanfaatkan untuk membantu operasi militer. NBO juga bisa dilengkapi dengan senapan mesin serta senjata roket.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009