Makassar (ANTARA News) - Pesawat Citylink, Rabu, terpaksa mendarat kembali di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makasar, Sulawesi Selatan, karena tekanan udara di dalam kabin tiba-tiba turun ketika pesawat itu terbang diatas ketinggian 1000 kaki.

Akibat kejadian itu, dalam beberapa saat sebelum mendarat kembali, para penumpang memanfaatkan peralatan keselamatan masker oksigen yang ada dalam pesawat yang secara otomatif keluar ketika tekanan udara di dalam kabin rendah.

Koordinator Ground Handling Citylink, Wahyan, di Makassar menjelaskan, pesawat bernomor penerbangan PK-GCA itu mengalami dekompresi ketika berada dalam ketinggian diatas 1000 kaki.

Menurut dia, dekompresi adalah hilangnya tekanan udara pada kabin akibat terjadinya tekanan udara yang sangat tinggi yang terjadi di luar pesawat. Kejadian itu terjadi sekitar pukul 10:45 WITA.

"Jadi pesawat kami mengalami dekompresi pada saat berada diatas ketinggian 10.000 kaki. Masker Oksigen juga sempat keluar untuk membantu pernapasan penumpang, " ungkapnya saat di temui di Bandara Int`l Sultan Hasanuddin Makassar.

Menurutnya, dekompresi yang dialami pesawat tujuan Bandara Juanda Surabaya ini terjadi saat pesawat sudah terbang sekitar 40 menit dari landasan Bandara Hasanuddin Makassar dan pesawat sudah berada diatas udara antara pulau Sulawesi Selatan (Sulsel) dan pulau Jawa.

Masker oksigen secara otomatis keluar untuk membantu 52 orang penumpang tambah satu bayi yang sudah kehabisan oksigen.

Rendahnya tekanan udara dalam kabin itu disebabkan karena keadaan angin dan cuaca. Keadaan itu diakui sebagai force majeure dan bukan karena kerusakan pesawat. "Kami sebut itu forcemajeure, bukan karena adanya kerusakan pesawat, " kilahnya.

Seorang penumpang Citylink, Vivi, yang ditemui ANTARA di gate satu Bandara Hasanuddin menceritakan bahwa pesawat sempat oleng ke kiri dan ke kanan beberapa kali dan merasakan laju pesawat tidak stabil, beberapa kali pesawat turun lalu naik lagi.

"Semua penumpang sempat panik dan ada juga yang tenang. Di kepala kami, pesawat akan jatuh ke laut dan matilah kita semua," kisahnya.

Sebelum mendarat kembali, pesawat sempat berputar-putar.

"Saat keluar dari pesawat, pemadam kebakaran dan ambulans sudah berjaga-jaga, rasa tegang pun hilang, " kata Pranomo, penumpang asal Surabaya.

Hingga pukul 19:00 WITA, ke 52 orang penumpang diminta menunggu pesawat berikutnya yang akan datang pada pukul 20:00.

Sebelumnya penumpang banyak yang kesal dan marah akibat tidak adanya kompensasi yang memadai. Seperti tidak adanya makanan dan tempat menunggu yang dirasa layak.

Sebagian penumpang juga terpaksa memilih pindah pesawat akibat lamanya menunggu.

Tidak hanya itu, akibat yang ditimbulkan dari keterlambatan penerbangan, membuat acara pemakaman salah satu penumpang, Rubimin, di Solo Surabaya, terpaksa ditunda.

Karena menunggu Rubimin tiba dan melihat ayahandanya sebelum dikuburkan.

Kemudian, pesawat yang balik ke Makassar ini, sedang menunggu tim dari Jakarta yang membawa sparepart dan untuk memperbaiki dan memasang kembali masker oksigen yang keluar tadi.

"Orang yang memasangnya ini bukan orang biasa, tapi tim tang telah memiliki sertifikasi untuk masalah perbaikan itu," ujarnya.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009