Batam (ANTARA News) - Musyawarah Kerja nasional (Mukernas) Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina) di Batam, 20 November 2009 memutuskan untuk mengaktifkan kembali kejuaraan terbuka Presiden Cup setelah terakhir diselenggarakan di Batam pada 2004, demikian Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Pertina, Setya Novanto, di Batam, Sabtu.

"Presiden Cup harus diselenggarakan kembali sebagai bagian dari strategi menelorkan petinju terbaik yang mampu mengharumkan nama Indonesia pada berbagai event regional maupun internasional karena sejak 1980-an tidak lagi menelorkan juara Asian Games, apalagi dunia," kata Setya.

Mukernas memutuskan kejuaraan terbuka tinju Presiden dijadwalkan penyelenggaraannya pada Mei 2010, sedangkan soal tempat masih dipertimbangkan berbagai daerah karena ini berkaitan dengan anggaran yang cukup besar.

"Kami perlu menyelenggarakan kembali kejuaraan Presiden Cup sebagai ajang seleksi untuk menjaring petinju yang dipersiapkan mewakili Indonesia pada berbagai event regional maupun internasional, terutama Sea Games XXVI dijadwalkan di Jawa Tengah( Jateng) pada 2011," ujar Setya.

Karena itu, hasil Mukernas sesegera mungkin dilaporkan ke KONI dan Menegpora Andi Mallarangeng agar ada pembinaan dalam mempersiapkan atlet menghadapi Sea Games 2011 dengan target kembali meraih juara umum.

"Terus terang Indonesia akan malu sekiranya sebagai tuan rumah tidak bisa menerjunkan petinju berprestasi terbaik pada Sea Games 2011 guna mendukung target juara umum dengan tolak ukur pesta olahraga negara-negara ASEAN di Laos pada Desember 2009," kata Setya.

Mukernas juga Aceh menjadi penyelenggaraan Kejurnas yunior tahun 2011, sedangkan Kejurnas senior sekaligus seleksi Pra PON diadakan di Ambon, Maluku, pada tahun yang sama.

Setya mengakui selama 50 tahun berdirinya Pertina,a tidak satu pun petinju Indonesia yang berhasil merebut medali di olimpiade maupun dunia.

"Kita mengevaluasi berbagai program dan masalah di Mukernas dan salah satu program adalah menyelenggarakan kembali kejuaraan Presiden Cup yang ternyata saat pelaksanaannya mampu mengorbitkan petinju berprestasi terbaik di tingkat Asean maupun Asia," kata Setya.

Dia mencontohkan prestasi petinju terbaik hingga pada 1980-an seperti Wiem Gomies yang dua kali menjuarai Asian Games di kelas menengah dan sekali di tingkat Asia, juara Asia kelas welter Frans VB, juara Asia kelas welter ringan Syamsul Anwar, juara Asia kelas bantam Ferry Moniaga, juara Asia kelas berat ringan Benny Maniani, juara asia kelas menengah ringan Hendrik Simangungsong, dan jauara Asia kelas menengah Pino Bahari.

"Pino Bahari tercatat merupakan petinju Indonesia terakhir yang menjadi juara Asia sehingga merosotnya prestasi ini harus dibenahi sehingga cabang olahraga tinju bisa mendukung program merebut kembali juara umum pada Sea Games 2011," ujar Setya. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009