Karimun, Kepri (ANTARA News) - Jon Tari Aritonang (32), korban musibah tenggelamnya Kapal Motor (KM) Dumai Ekspress 10, di Perairan Tukong Iyu, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau, Minggu (22/11) pagi, nekad mengangkat bayinya, Sam Patrick Henok yang berumur 45 hari dengan sebelah tangan saat mengapung selama 2 jam lebih di tengah laut.

Elve Bakara (30), isteri Jon Tari Aritonang menuturkan kalau mereka beserta dua anaknya, Sam Patrick Henok dan Nora (4,5) nyaris tenggelam ketika kapal mulai tenggelam sesaat setelah lambung kiri pecah diterjang ombak.

"Saat kapal miring ke kiri, kami terkepung di ruangan nakhoda dan bahkan sempat tenggelam bersama kapal," kata Elve di kediaman Bupati Karimun, Tanjung Balai Karimun, Senin.

Dia menuturkan kalau mereka berusaha keluar dari kapal, namun berulang kali diterjang ombak, pada saat yang sama bayinya terlepas dari gendongan dan sempat mengapung di laut beberapa saat.

"Suami saya cepat meraihnya sehingga tidak tenggelam, sedangkan putri sulung kami diselamatkan salah seorang penumpang yang kemudian dinaikkan pada pelampung (lifa guard) yang telah disiapkan awak kapal," tuturnya.

Upaya mempertahankan hidup membuat suaminya berhasil mendapatkan dua baju pelampung meski beberapa kali gagal meraihnya akibat hempasan gelombang,`` katanya.

"Kami tidak sempat memakai baju pelampung itu, selama mengapung baju itu kami peluk erat, sementara suami saya mengangkat Sam dengan tangan kiri agar tidak tenggelam, sedangkan tangan kanan digunakan untuk berenang," ucapnya.

Jon Tari Aritonang mengaku nyaris putus asa dan kelelahan karena terlalu lama mengangkat bayinya itu.

"Jika setengah jam lagi belum juga datang pertolongan, mungkin anak saya sudah terlepas dari pegangan," ucapnya.

Kondisi alam yang ekstrim mengombang-ambingkan mereka selama dua jam lebih dan hanya pasrah dibawa gelombang dengan ketinggian empat hingga lima meter.

Bayi Sam tidak henti-hentinya menangis dan berulang kali terbenam dalam air. "Kami hanya bisa berdoa agar anak kami selamat," katanya.

Dituturkannya, tubuh wajah si kecil sudah memucat dan kondisinya melemah akibat terlalu sering terendam air ketika ombak besar datang menerjang," katanya.

Dia menambahkan, dia, suami dan anaknya akhirnya ditolong oleh sebuah tug boat sehingga mengakhiri perjuangan mereka mempertahankan hidup di tengah terjangan ombak yang mengombang-ambingkan mereka selama di tengah laut.

Terkepung

Di tempat yang sama, Sri Wahyuni (25), warga Batam lainnya mengaku terkepung dalam kapal yang nyaris tenggelam bersama Davi Al Farizi, bayinya yang masih berumur 21 hari.

``Sambil menggendong Davi, saya nekad melompat dari buritan kapal karena terkepung dalam genangan air,`` katanya.

Sri menuturkan, beruntung lompatan itu persis jatuh di pelampung besar (life guard) sehingga tidak tenggelam bersama bayinya ke dalam laut. "Ombak besar berkali-kali mengombang-ambingkan pelampung itu, namun saya berhasil jatuh di atasnya," ucapnya.

Dia dan anaknya akhirnya dievakuasi ke Pulau Tukong Iyu Kecil oleh tim SAR.

"Saya bersyukur bisa selamat, sehingga saya bisa pulang ke kampung di Sumatra Barat menemui suami saya, masalahnya dia belum pernah melihat anaknya sejak lahir di Batam," imbuhnya. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009