Jenewa, (ANTARA News) - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Senin, mengeluarkan panduan yang diubah bagi jutaan orang yang terinfeksi HIV, virus yang menyebabkan AIDS, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Berikut adalah rekomendasi utama oleh badan PBB tersebut:

- Semua negara mesti memangkas secara bertahap penggunaan Stavudine, obat anti-retrovirus yang tersebar paling luas, karena obat itu memiliki dampak "jangka panjang, yang tak dapat diubah", termasuk penyia-nyiaan dan gangguan syaraf.

Pembuat obat AS Bristol-Myers Squibb Co. dan Cipla and Aurobindo Pharma Ltd., India, termasuk di antara produsen utama obat tersebut.

- Semua negara malah mesti menggunakan dua obat lain anti-retrovirus --Zidovudine (AZT) atau Tenofovir (TDF)-- yang tak terlalu beracun dan sama efektifnya.

- Semua pasien HIV, termasuk perempuan hamil, sekarang mesti mulai menggunakan obat anti-virus secara dini, ketika hitungan CD4 mereka --ukuran kekuatan sistem kekebalan tubuh, turun jadi 350 sel/Mm3, tidak peduli apa pun gejalanya.

- Garis panduan WHO yang terdahulu, yang dikeluarkan pada 2006, menyerukan dimulainya perawatan ketika jumlah CD4 pasien turun jadi 200 sel/Mm3 --ketika mereka secara khusus memperlihatkan gejala penyakit HIV.

- "Saat terbaik untuk memulai ART (pengobatan anti-retrovirus) ialah sebelum pasien menjadi tidak sehat atau mengembangkan peluang infeksi pertama mereka," kata WHO, yang merujuk kepada penyakit semacam tuberculosis, yang membuat lemah sistem kekebalan tubuh.

- Untuk mencegah penularan dari ibu-ke-anak, perempuan hamil yang positif HIV mesti mulai menggunakan obat dari 14 pekan kehamilan, dan bukan 28 pekan sebagaimana disarankan sebelumnya, dan melanjutkannya sampai akhir masa pemberian air susu ibu.

"Untuk pertama kali, tersedia cukup bukti buat WHO untuk menyarankan penggunaan obat anti-retrovirus sewaktu pemberian air susu ibu," katanya.

- Air susu ibu mesti terus diberikan sampai bayi berusia satu tahun, asalkan ibu dan bayinya minum obat, katanya. "Ini akan mengurangi resiko penularan HIV dan meningkatkan peluang bayi untuk bertahan hidup," katanya.

Tanpa pengobatan, sepertiga anak yang hidup dengan HIV meninggal sebelum ulang tahun pertama mereka dan hampir separuh sebelum mereka memasuki usia dua tahun, kata lembaga yang berpusat di Jenewa itu.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009