Surabaya (ANTARA News) - Sekretaris Majelis Rektor Nasional, Prof Dr Haris Supratno, mengatakan bahwa Ujian Nasional (Unas) seharusnya jangan dijadikan target kelulusan seratus persen oleh jajaran pemerintah, baik gubernur, walikota, kepala dinas, bahkan guru-guru sekolah.

Prof Haris di Surabaya, Rabu, mengatakan jika Unas hanya dijadikan sebagai salah satu target pencapaian kelulusan maka secara tidak langsung juga bisa dianggap sebagai salah satu strategi keberhasilan pemimpin.

"Saya selaku anggota majelis rektor berharap Unas diperlakukan secara obyektif dan tidak hanya dipandang sebagai salah satu cara keberhasilan seorang pemimpin," katanya.

Jika hal tersebut masih dilakukan, maka, akan sangat berpengaruh terhadap kredibilitas pelaksanaan Unas sendiri.

"Jika Unas dijadikan sebagai target kelulusan seratus persen, maka akan ada tekanan dari semua pihak mulai dari guru hingga ke siswa yang akhirnya mengarah kedalam bentuk kecurangan, seperti pembocoran soal yang dilakukan oleh semua pihak terutama lini bawah," katanya.

oleh karena itu, dalam pelaksanaan Unas kali ini, ia berharap penuh terhadap komitmen semua pihak mulai dari walikota, kepala dinas, kepala sekolah hingga guru untuk tidak memberikan tekanan kepada siswa sehingga adanya kecurangan dalam pelaksanaan Unas bisa didindari.

Sementara itu, dalam pelaksanaan Unas 2010, ada yang berbeda dibanding tahun ini.

Jika di tahun 2009, keterlibatan perguruan tinggi dalam sistem pengawasan tidak terlalu ketat, maka di tahun mendatang akan diperketat.

"Pengawas dari perguruan tinggi akan diizinkan untuk memasuki ruangan kelas, jika dalam kelas tersebut diketahui ada kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Nasional," katanya.

Pelaksanaan Unas selama tiga tahun, mulai dari 2009 hingga 2011 merupakan tahap-tahap menuju pengintegrasian Unas dengan tes masuk perguruan tinggi negeri atau SNMPTN

"Jika dalam waktu tiga tahun tersebut pelaksanaan Unas kredibel dan bisa dipertanggungjawabkan maka, di tahun 2012 Unas sudah bisa diintegrasikan dengan SNMPTN," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009