Washington, (ANTARA News) - Pemimpin etnik minoritas Uighur China di pengasingan, Kamis mengecam keputusan pengadilan yang menghukum mati lima orang sebagai tipuan dan menyerukan dunia internasional untuk menekan Beijing.

Pengadilan di wilayah Xinjiang menghukum mati lima orang atas peran mereka dalam kerusuhan yang menimbulkan korban jiwa Juli antara etnik Uighur dan anggota masyarakat Han China yang mayoritas, sebagaimana dikutip dari AFP.

Rebiya Kadeer, pemimpin Kongres Uighur Dunia yang tinggal di Washington dan pernah mendekam di penjara China selama enam tahun menyebut sidang pengadilan itu "tidak jujur" dan dipolitisasi."

"Pemerintah China mengabaikan tanpa malu semua standar hukum dalam usaha untuk membungkamkan dan mengintimidasi penduduk Uighur melalui eksekusi dan penahanan massal," katanya dalam sebuah pernyataan.

"Saya khawatir kelima warga Uighur ini akan menghadapi nasib yang sama dengan sembilan orang yang telah dieksekusi November lalu jika dunia tetap bungkam."

China mengeksekusi sembilan warga Uighur karena terlibat kerusuhan etnik beberapa hari sebelum Presiden Amerika Serikat Barack Obama melakukan kunjungan pertama ke China. Obama menghadapi kecaman di dalam negeri karena tidak berbicara dengan bebas dan keras mengenai hak asasi manusia.

Masyarakat Uighur yang sebagian besar Muslim telah lama mengeluhkan soal penekanan terhadap agama, politik dan kebudayaan oleh pihak berwenang China. Beijing membantah tuduhan itu.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009