Baghdad (ANTARA News/AFP) - Sejumlah penyerang menembak mati empat polisi yang ditugasi menjaga keamanan para pedagang di sebuah pasar sayur di daerah pinggiran Baghdad, Minggu, kata seorang pejabat setempat, sementara kekerasan di Irak tengah dan utara menewaskan tujuh orang.

"Teroris melepaskan tembakan yang menewaskan empat polisi di pasar sayur," sekitar pukul 07.00 waktu setempat (pukul 11.00 WIB), kata Shaker Fazaa, seorang pejabat pemerintah daerah di Abu Ghraib, 20 kilometer sebelah barat Baghdad.

Situasi keamanan di Abu Ghraib, yang pernah menjadi sorotan karena di penjara daerah itu pasukan AS terekam menyiksa tahanan-tahanan Irak lima tahun lalu, tetap rawan karena gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda masih aktif.

Pada 16 November, orang-orang bersenjata yang memakai seragam militer Irak melakukan serangan bergaya eksekusi di daerah itu, menewaskan 13 anggota sebuah suku yang bangkit melawan Al-Qaeda, kata seorang pejabat keamanan dan penduduk desa.

Di kota minyak Kirkuk, Irak utara, seorang prajurit Irak dibunuh Minggu oleh seorang bersenjata tak dikenal di daerah tenggara kota itu, kata beberapa pejabat keamanan.

Seorang penjaga keamanan swasta, yang bekerja di luar markas Pertemuan Persatuan Nasional, yang dipimpin seorang politikus Sunni namun anggota-anggotanya mencakup orang Syiah, juga tewas dalam penembakan oleh penyerang yang menggunakan mobil yang melaju, di Kirkuk utara.

Di kota Rashad, 65 kilometer sebelah selatan Kirkuk, seorang anggota milisi Sunni yang melawan Al-Qaeda tewas ketika ledakan bom menghantam mobilnya, kata Kolonel Polisi Ahmed Mahmud.

Tiga orang lagi terluka dalam serangan itu, termasuk Shujaa Taji al-Rayashi, pemimpin Sahwa (Kebangkitan), milisi yang sebagian besar anggotanya mantan gerilyawan Sunni. Al-Rayashi tampaknya adalah sasaran dalam pemboman itu.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Pemboman di Baghdad dan di dekat kota bergolak Mosul tampaknya bertujuan mengobarkan lagi kekerasan sektarian mematikan antara orang-orang Sunni dan Syiah yang membawa Irak ke ambang perang saudara.

Meski ada penurunan tingkat kekerasan secara keseluruhan, serangan-serangan terhadap pasukan keamanan dan warga sipil hingga kini masih terjadi di Kirkuk, Mosul dan Baghdad.

Banyak orang Irak juga khawatir serangan-serangan terhadap orang Syiah akan menyulut lagi kekerasan sektarian mematikan antara Sunni dan Syiah yang baru mereda dalam 18 bulan ini. Puluhan ribu orang tewas dalam kekerasan sejak invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003.

Jumlah korban tewas akibat kekerasan di Irak turun hingga sepertiga menjadi 275 pada Juli, bulan pertama pasukan Irak bertanggung jawab atas keamanan di daerah-daerah perkotaan sejak invasi pimpinan AS pada 2003.

Kekerasan menurun secara berarti di Irak dalam beberapa bulan ini, namun serangan-serangan meningkat menjelang penarikan militer AS, dan 437 orang Irak tewas pada Juni -- jumlah kematian tertinggi dalam kurun waktu 11 bulan.

Perdana Menteri Nuri al-Maliki memperingatkan pada Juni bahwa gerilyawan dan milisi mungkin meningkatkan serangan mereka dalam upaya merongrong kepercayaan masyarakat pada pasukan keamanan Irak.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009