Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengharapkan konferensi perubahan iklim di Copenhagen, Denmark, dapat menghasilkan kesepakatan yang positif dan kuat untuk menggantikan Protokol Kyoto.

Hal tersebut disampaikan Presiden di Istana Negara Jakarta, Senin, saat menerima peserta kursus Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas).

"Kita ingin menyusun sejarah baru di Copenhagen untuk mengganti Protokol Kyoto," kata Presiden.

Dijelaskannya, bila tidak tercapai kesepakatan bersama untuk menghadapi perubahan iklim, maka pada tahun 2100 mendatang diperkirakan tinggi permukaan air laut akan naik 1,5 meter dan juga ancaman perubahan musim yang menyebabkan terjadinya musim kemarau atau hujan yang berkepanjangan.

"Maka kita harus lakukan pemotongan pada emisi karbon. Sejumlah

pemimpin negara akan datang. Lebih baik kita punya plan of action (rencana aksi) yang mampu dicapai 26 persen, misalkan dari hutan, bahan bakar minyak di kontrol, transportasi," tegasnya.

Kepala Negara mengaku optimistis kesepakatan untuk bersama-sama melakukan sejumlah hal agar perubahan iklim tidak sampai menimbulkan kerusakan dapat dicapai di tengah pandangan pesimis banyak orang.

Presiden di Istana Negara Jakarta menerima para peserta program pendidikan reguler angkatan ke-43 dan alumni peserta Program Pendidikan Singkat Angkatan ke-16.

Gubernur Lemhannas Muladi dalam sambutannya mengatakan, program pendidikan reguler angkatan ke-43 akan mengakhiri masa pendidikannya pada 10 Desember 2009 sementara program pendidikan singkat angkatan ke-16 telah menyelesaikan masa pendidikannya pada Juli lalu.

Dalam kesempatan itu Lemhannas menyerahkan hasil kajian para siswa tentang beberapa sektor di dalam negeri kepada Presiden.

Sementara itu, perwakilan peserta, Ir. Ediyanto dan DR.Ir. Roy Sparingga menyampaikan makalah dengan tema `ketahanan energi sebagai bagian dari ketahanan nasional.
(*)

Pewarta: Ricka Oktaviandini
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009