Kopenhagen (ANTARA News) - Presiden Konferensi Para Pihak ke-15 dari Konvensi Badan Dunia untuk Perubahan Iklim (COP UNFCCC) Connie Hedegaard di Kopenhagen, Denmark, meminta kepada semua delegasi dari berbagai negara untuk segera bertindak menangani dampak perubahan iklim.

"Mari kita selesaikan. Saatnya sekarang untuk menyampaikan. Sekarang ini tempatnya untuk berkomitmen. Dan memang masih banyak rintangan, tetapi saatnya kita mengatasinya," kata Connie pada sambutan pembukaan KTT ke-15 Perubahan Iklim di Kopenhagen, Denmark, Senin.

Connie berkeyakinan, berdasarkan pertemuannya dengan para menteri yang mewakili setiap grup negosiator dan setiap benua dan kepercayaan yang diberikan kepadanya, maka konferensi di Denmark berkomitmen untuk menghasilkan kemajuan maksimal pada dua jalur yaitu konferensi dan Protokol Kyoto.

"Oleh karena itu kompromi, setujui dan temukan solusi nyata. Gunakan setiap kemampuan untuk membuat jalan para menteri dan pemimpin dunia memfinalkan kesepakatan," katanya kepada para delegasi dan negosiator.

Ia mengatakan kesepakatan yang diadopsi di Kopenhagen harus menyeluruh dan harus bisa menjawab semua permasalah utama yang menjadi penghalang. "Kesepakatan itu harus diiringi aksi segera," katanya.

Dia berharap pada 18 Desember 2009 di Kopenhagen diingat dengan semangat "C" yaitu "Copenhagen", "Construktiveness", "Cooperation", "Commitment" dan "Consensus"

Sukses kesepakatan
Sekretaris Jenderal UNFCCC Yvo de Boer menyatakan, kesuksesan KTT ke-15 Perubahan Iklim di Kopenhagen ini hanya bisa diukur dengan adanya satu kesepakatan yang implementatif dan segera.

"Kopenhagen hanya bisa sukses jika menghasilkan aksi signifikan dan segera yang dilaksanakan sehari setelah konferensi berakhir," kata Yvo dalam sambutan pembukaan KTT Perubahan Iklim di Bella Center, Kopenhagen, Senin.

Yvo mengibaratkan hasil kesepakatan KTT Perubahan Iklim sebagai sebagai sebuah "kue Natal" ideal dari Kopenhagen.

"Saat ini, banyak orang sibuk mempersiapkan kue-kue Natal mereka. Dalam bayangan saya, kue Natal ideal yang perlu dihasilkan dari Kopenhagen mempunyai tiga tingkatan," katanya.

Tiga tingkatan yang dimaksud adalah tingkatan pertama yang berisi sebuah kesepakatan untuk mendorong penerapan dari aksi pada mitigasi, adaptasi, pembiayaan, teknologi, dan peningkatan kapasitas.

Tingkatan yang kedua yaitu komitmen dan aksi yang ambisius untuk mengurangi emisi, termasuk komitmen pembiayaan awal sebesar 10 miliar dolar AS per tahun sebagai pembiayaan jangka panjang.

Sedangkan tingkatan ketiga yaitu visi bersama untuk aksi kerja sama jangka panjang untuk perubahan iklim dan tujuan jangka panjang.

"Saya harap Perdana Menteri Rasmussen akan menyalakan lilin kue Natal ini Jumat depan," katanya.

Yvo mendengar pada minggu-minggu terakhir adanya banyaknya pernyataan politik yang kuat untuk satu keberhasilan kesepakatan yang ambisius di Kopenhagen.

"Saya mendengar pernyataan politik yang kuat untuk tercapainya sebuah kesepakatan yang memuat tujuan pembatasan emisi secara serius dan beberapa hal tentang pendanaan dan dukungan teknologi kepada negara-negara berkembang," katanya.

Hopehagen
Perdana Menteri Denmark, Lars L`kke Rasmussen mengatakan ibu kota Denmark, Kopenhagen, berubah sebutannya menjadi kota harapan alias "Hopehagen" dalam dua minggu penyelenggaraan KTT ke-15 Perubahan Iklim untuk mengatasi perubahan ikli.

"Dalam dua minggu mendatang, Kopenhagen akan menjadi Hopehagen. Pada akhirnya, kita harus bisa mengembalikan ke dunia, apa yang kita harapkan disini hari ini, harapan untuk masa depan yang lebih baik," kata Lars.

Lars mengharapkan kontribusi membangun, fleksibel dan realistik dari semua pihak untuk meraih kesepakatan pada konferensi ini.

Dia mengatakan perubahan iklim tidak mengenal batas, tidak mengenal diskriminasi dan berdampak pada semua orang di dunia.

"Dan kita semua disini sebab kita semua berkomitmen untuk mengambil aksi tersebut," katanya.

Lars mengatakan tantangan besar yang ada diharapkan bisa diubah menjadi kemauan politik yang kuat untuk menghasilkan sebuah kesepakatan untuk solusi global yang efektif.

"Proyeksi yang suram yang diungkapkan para ilmuwan menjadi peringatan setiap hari, akan konsekuensi pemanasan global yang mengerikan," katanya.

Lars memahami, delegasi dari 193 negara peserta mempunyai perspektif dan keinginan yang berbeda untuk sebuah kesepakatan.

"Tetapi keputusan politik bisa membuat kesepakatan global yang nyata," katanya.

110 kepala negara
Perdana Menteri Denmark itu mengatakan ada 110 kepala negara dan pemerintahan yang telah menyatakan untuk datang ke Kopenhagen minggu depan untuk berpartisipasi untuk menutup konferensi.

"Kehadiran mereka merefleksikan mobilisasi tekad yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk memerangi perubahan iklim. Ini merepresentasikan sebuah kesempatan yang besar. Sebuah kesempatan bagi dunia yang tidak boleh dilewatkan," katanya.

Lars yakin kepala negara tidak datang hanya untuk bicara, tetapi juga bertindak dan datang untuk setuju terhadap sebuah kesepakatan yang efektif berdasar prinsip-prinsip mendasar bersama, kemauan bersama untuk menyelesaikan secara politik, sosial, dan sesuai keadaan ekonomi di masing-masing negara.

Kesepakatan dari para pemimpin dunia harus diadopsi Jumat mendatang dengan prinsip-prinsip legal dari konvensi dan harus menjawab semua aspek yang dimandatkan di Bali dua tahun yang lalu.

Oleh karena itu harus ada hal yang dihasilkan dari negosiasi, baik dibawah konvensi maupun di bawah Protokol Kyoto.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009