Bandung (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan jika Asia dapat menjadikan abad ke-21 sebagai abad soft power maka akan tercipta Asia yang berbeda.

Presiden Yudhoyono mengatakan itu dalam pidatonya ketika membuka Sidang Umum ke-4 Konferensi Parlemen Asia (Asian Parliamentary Assembly/APA) pada Selasa pagi, di Gedung Merdeka Bandung, Jawa Barat.

"Apabila abad ke-21 dapat kita jadikan abad soft power, kita akan mewujudkan suatu Asia yang berbeda," katanya.

Presiden merujuk Asia yang berbeda sebagai Asia yang penuh jaringan kemitraan dan toleransi, Asia yang damai dan sejahtera serta Asia yang menjadi poros pertumbuhan dunia.

"Dan, dalam semua ini, parlemen memainkan peran yang sangat strategis," katanya.

Kepala Negara menegaskan keyakinannya bahwa kunci dari masa depan Asia yang damai dan sejahtera terletak pada kapasitas untuk membangun dan menyebarkan soft power.

"Kita saat ini berada pada masa yang penuh dengan momentum dan peluang. Dunia pada abad ke-21 akan sangat berbeda dari dunia di abad ke-20," ujarnya.

Arsitektur ekonomi global, kata Presiden, sedang berubah, dan tatanan geopolitik juga berubah sangat cepat.

"Dalam dunia yang sedang bertransformasi, Asia akan menjadi semakin relevan dan semakin mengemuka peranannya," katanya.

Menurut Kepala Negara, tanda-tanda bahwa Asia dapat menjadi salah satu kekuatan dunia telah terlihat dari bagaimana Asia menjadi bagian dari solusi krisis perekonomian global dewasa ini.

"Kita telah menjadi bagian dari solusi, untuk berbagai masalah yang kompleks dan saling terkait secara lokal, nasional, regional dan global," katanya.

Pada era saling ketergantungan, lanjut Presiden, kepentingan nasional setiap negara bukan hanya semakin terkait, namun juga mengharuskannya untuk semakin mengembangkan kerja sama dan kemitraan.

"Akuntabilitas kita kepada konstituen harus diimbangi dengan tanggung jawab terhadap masa depan bersama," katanya.

Presiden menandai pembukaan Sidang Umum ke-4 APA itu dengan memukul gong sebanyak tiga kali di hadapan sedikit-dikitnya 200 tamu undangan.

Seusai acara pembukaan Presiden kemudian melakukan sesi foto dengan perwakilan parlemen negara-negara anggota APA. Presiden pada acara itu didampingi Ani Yudhoyono yang mengenakan kebaya biru dan Menko Kesra Agung Laksono yang juga mantan presiden APA dan Gubernur Jawa Barat.

Sebelum mengawali sambutannya dalam pembukaan Sidang Umum ke-4 APA yang diikuti oleh sedikitnya 174 perwakilan parlemen dari 26 negara, empat negara peninjau dan tiga organisasi parlemen di Asia itu Presiden sempat mengulas sejarah dari Gedung Merdeka.

Ia mengatakan di gedung tersebut 54 tahun lalu berkumpul generasi pertama para pemimpin negara-negara Asia Afrika untuk menghasilkan Dasasila Bandung yang menjadi simbol berakhirnya kolonialisme.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009