Pantai Parangkusumo
Pemuka umat Hindu melakukan prosesi mendak tirta atau mengambil air suci saat upacara Melasti di Pantai Parangkusumo, Bantul, DI Yogyakarta, Minggu (11/3). Upacara Melasti yang diikuti ribuan orang tersebut bertujuan untuk mensucikan diri dalam menyambut perayaan Hari Raya Nyepi tahun baru Saka 1940 atau pada 17 Maret 2018. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/pd/18. (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)



Pantai ini dianggap sakral karena dulu disebut sebagai tempat bersemedi Panembahan Senopati yang konon melangsungkan pernikahan spiritual dengan penguasa laut selatan, Kanjeng Ratu Kidul.

Sampai sekarang, banyak orang yang sengaja datang ke sana untuk berdoa atau memohon sesuatu. Anda dapat melihat prosesi adat labuhan di pantai tersebut, sebagai bentuk syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Keraton Yogyakarta
Wisatawan mengunjungi kompleks Keraton Yogyakarta, DI Yogyakarta, Selasa (14/7/2020). Pihak pengelola wisata Keraton Yogyakarta kembali membuka kunjungan wisata dengan menerapkan protokol kesehatan ketat seperti wajib menggunakan masker, mencuci tangan, pembatasan jumlah pengunjung dan durasi kunjungan maksimal 45 menit sebagai ujicoba operasional normal baru setelah tutup sejak bulan Maret 2020 akibat pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/foc. (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)


Keraton Yogyakarta telah dibuka kembali di masa adaptasi kebiasaan baru. Namun tetap ada pembatasan pengunjung dan protokol kesehatan yang mesti dilakukan, seperti wajib memakai masker dan mencuci tangan. Menurut Siti, yang juga abdi dalem keraton, setiap pemandu maksimal hanya membawa rombongan berisi 10 orang.

Kota Gede
Petugas berada di dekat koleksi yang dipamerkan saat pameran perak bertajuk "RAJATA" Perak dan Kisahnya di Museum Sonobudoyo, Yogyakarta, Selasa (11/8/2020). Pameran yang digagas oleh Museum Sonobudoyo dan menampilkan ratusan koleksi kerajinan perak dari para perajin di Kotagede Yogyakarta serta dari Java Institute itu guna menggambarkan perjalanan industri perak di Kotagede. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/foc. (Antara Foto/Andreas Fitri Atmoko)


Tempat ini surga untuk pencinta kerajinan perak. Menurut Siti, dulu Kota Gede merupakan ibukota kerajaan Mataram, itulah mengapa banyak pengrajin emas dan perak yang didatangkan ke sana demi memenuhi kebutuhan keraton. Para pengrajin membuat benda-benda seperti tempat nasi, piring hingga gelas untuk dipakai di keraton.

"Perak jadi bahan dasar karena bisa mendeteksi keberadaan racun," jelas dia.

Makam Raja-Raja Mataram
Wisatawan memakai pakaian Jawa yang disebut Peranakan saat akan melakukan ziarah Makam Raja-Raja Mataram, di Kotagede, Yogyakarta, Selasa (13/1). Wisatawan yang ingin melakukan ziarah ke makam Panembahan Senopati diwajibkan untuk mengenakan Peranakan dengan sewa Rp 15.000,00 per pakaian. ANTARA FOTO/Noveradika/ama/Koz/15. (ANTARA FOTO/NOVERADIKA)


Ada aturan berpakaian khusus yang harus dipatuhi pengunjung ketika mengunjungi makam para raja Mataram. Para lelaki harus mengenakan pakaian Peranakan lengkap dengan kain jarik dan sorjan, sementara tamu perempuan mengenakan kemben dan bawahan batik. Semuanya bisa disewa di sana. Namun, tempat tersebut belum dibuka untuk umum di tengah masa adaptasi kebiasaan baru.



Baca juga: Turis ASEAN jadi pasar potensial pariwisata DIY

Baca juga: Tiket Yogyakarta dan Singapura paling murah di GATF

Baca juga: Asita DIY akan ubah segmentasi pasar wisata saat "new normal"

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020