Tasikmalaya (ANTARA News) - Dua orang buruh tewas tertimpa reruntuhan material dan tembok beton bangunan rumah yang sedang direnovasi di Dusun Sukawargi, Kelurahan Tugujaya, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa.

Peristwia naas tersebut terjadi sekitar pukul 11.00 WIB, menimpa Aep Saepudin (50) dan Yusuf (15), warga Dusun Cihaur Cipasung Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya.

Menurut Saepudin (32), saksi yang sekaligus rekan korban sesama buruh, peristiwa itu berawal setelah seluruh pekerja berjumlah sekitar 13 orang melakukan pengecoran tembok beton lantai dua berukuran sekitar 10x5 meter.

Aktivitas pengecoran terpaksa dihentikan karena hujan cukup deras mengguyur dan para buruh bangunan berteduh di dalam rumah di antara kayu penyangga lantai beton.

Ketika hujan terus mengguyur, tiba-tiba bangunan rumah tersebut ambruk dan menimpa sebagian pekerja yang sedang berteduh.

Bahkan Saefudin yang berada di antara rekannya mencoba berusaha menyelamatkan diri dari reruntuhan dan meminta pertolongan warga setempat.

"Saat ambruk saya menyelamatkan diri, tapi dua orang teman saya masih tertinggal di dalam rumah itu," katanya.

Warga setempat termasuk jajaran anggota kepolisian berusaha mengevakuasi buruh bangunan yang terjebak di antara reruntuhan puing.

Akhirnya sekitar dua jam kemudian dua orang yang terjebak dalam reruntuhan berhasil dievakuasi, namun nyawa mereka tidak terselamatkan.

"Saya kaget dan tidak menyangka rumah ini akan ambruk, saya juga tidak tahu apa penyebabnya," katanya.

Sementara itu Kabag Ops Polresta Tasikmalaya, Kompol Yono Kusyono, di lokasi kejadian ketika memimpin proses evakuasi korban mengatakan dugaan, sementara ambruknya bangunan karena penyangga pengecoran tidak kuat.

Selain itu dugaan lain, lantai dua ditembok beton tidak mampu menahan beban beton yang masih basah, ditambah guyuran air hujan, sehingga dinding dan penyangga bangunan rumah tidak kuat menahan.

"Kami masih melakukan pemeriksaan atas peristiwa ini, dan kedua korban sudah dievakuasi ke RSUD Tasikmalaya," katanya.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009