Kota Kuwait (ANTARA News) - Amir Kuwait, Selasa, memperingatkan tentang kekacauan dan perpecahan sosial seiring meningkatnya kerusuhan politik dan ketegangan suku serta sektarian yang telah mengguncang negara Teluk kaya minyak itu.

"Praktek demokrasi memiliki batas dan prinsipnya ... jika dilanggar, (praktek demokrasi) itu berubah jadi kekacauan," kata Sheikh Sabah Al-Ahmad As-Sabah dalam pidato yang ditayangkan televisi. Ditambahkannya, kekacauan semacam itu adalah ancaman bagi kestabilan dan keamanan Kuwait.

"Kita harus menyadari bahaya percekcokan yang penuh kebencian ... Tak ada pemenang dalam pergolakan dan pihak yang kalah selalu bangsa," katanya.

Ketegangan sektarian dan suku telah mencuat di negara penghasil terbesar minyak keempat di dalam OPEC tersebut selama beberapa pekan belakangan. Suku Badui di Keamiran itu melancarkan dua pawai terbuka secara besar-besaran pekan lalu guna memprotes program kontroversial di televisi.

Masyarakat minoritas Muslim Syiah juga menyelenggarakan pertemuan besar untuk memprotes komentar yang dikeluarkan oleh para pegiat Sunni yang dipandang menyerang keyakinan mereka.

Anggota parlemen dari kubu oposisi, yang awal Desember terus-menerus menyerang perdana menteri dan tiga anggota kabinet sehubungan dengan dugaan korupsi, kembali telah mengancam akan menanyai perdana menteri dan menteri lain.

"Praktik yang patut disesalkan baru-baru ini di Kuwait telah melintasi semua batas ... Semua itu membuka pintu bagi kekacauan dan menyulut ketegangan," kata Amir tersebut, saat menyerukan persatuan di kalangan bangsa Kuwait.

Sejak 2006, Kuwait memiliki enam kabinet dan parlemen dibubarkan tiga kali akibat ketegangan politik antara pemerintah, yang dipimpin oleh Sheikh Nasser Mohammad Al-Ahmad As-Sabah, kemenakan Amir Kuwait, dan anggota parlemen.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009