Jakarta (ANTARA News) - Staf khusus Presiden Andi Arif mengatakan pemulihan nama baik (rehabilitasi) almarhum Abdurrahman Wahid atau Gus Dur lebih penting daripada perdebatan mengenai pemberian gelar pahlawan bagi mantan Presiden RI ke-4 itu.

"Bagi saya yang terpenting bukan itu, yang mendesak adalah harus ada rehabilitasi secara serius bahwa Gus Dur jatuh dari kekuasaan bukan karena kasus tertentu. Ini penting untuk pelurusan sejarah," kata mantan aktivis mahasiswa itu di Jakarta, Kamis.

Diceritakan Andi, seminggu sebelum Gus Dur dilengserkan oleh MPR dari jabatan Presiden pada 24 Juli 2001, dirinya bersama sejumlah aktivis mahasiswa lainnya seperti Faisol Reza, Haris Moti dan beberapa orang lain menemui Gus Dur di sebuah rumah di Jl Irian, Menteng, Jakarta Pusat.

Dalam kesempatan itu Gus Dur menyatakan jangan khawatir akan posisinya sebagai presiden, karena beberapa posisi kunci di TNI dan Polri masih mendukung dirinya.

"Saya sempat berdebat, sekarang kan era sipil Gus, TNI dan Polri kan hanya akan ikut apa kata parlemen. Gus Dur bilang, sudah tenang saja, parlemen masih bisa diatasi, sebagian besar masih mendukung saya," kata Andi menceritakan perbincangannya waktu itu.

Dikatakan Andi, saat itu Gus Dur sangat percaya diri bahwa tidak mungkin ada orang yang akan melakukan pengkhianatan terhadap dirinya.

"Kami kemudian percaya saja dengan yang dikatakan Gus Dur, walau hati kecil kami punya hitungan lain. Apa yang kami khawatirkan ternyata benar. Gus Dur diimpeach oleh parlemen," katanya.

Andi mengaku sangat merasa kehilangan atas kepergian tokoh besar pelopor demokrasi di Indonesia itu, yang selalu menyampaikan ide dan pemikiran cemerlangnya dengan indah, humor dan kadang menjengkelkan.

Meski begitu, Andi merasa bersyukur dirinya bisa berada di dekat Gus Dur di saat akhir hayatnya, dan masih sempat melihat wajah Gus Dur yang agak pucat saat dibawa dari lantai 2 ke lantai 5 tempat Gus Dur dirawat inap.

"Saya datang bersama Velix Wanggai (staf khusus presiden), tak kuasa menahan air mata memandang tokoh yang mendukung anti feodalisme dan anti birokratisme, meski dia baru tahap awal karena dilengserkan di tengah jalan," kata Andi.

KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menjabat Presiden RI keempat mulai 20 Oktober 1999 hingga 24 Juli 2001. Putra pertama dari enam bersaudara itu lahir di Desa Denanyar, Jombang, Jawa Timur, pada 4 Agustus 1940.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009