Timika (ANTARA News) - Seorang pendulang tradisional asal Manggarai, Nusa Tenggara Timur, Nicolaus Opan (30), dinyatakan hilang di areal penambangan emas PT Freeport Indonesia di Kabupaten Mimika, Papua, sejak sepekan lalu.

Ignatius Daman, rekan seprofesi korban kepada ANTARA di Timika Minggu mengatakan, korban diperkirakan hilang di sekitar Mile 52 ruas jalan Timika-Tembagapura.

"Sampai saat ini Nicolaus belum diketahui nasibnya apakah masih hidup atau sudah meninggal. Rekan-rekannya sudah melakukan pencarian, namun dia tidak ditemukan," tutur Ignatius.

Ia menjelaskan, Nicolaus berangkat ke areal pendulangan di Kali Kabur (Sungai Aijkwa) pada Sabtu (26/12) malam sekitar pukul 19.00 WIT.

Menurut pengakuan Ignatius, Nicolaus berangkat ke areal pendulangan diajak oleh seorang oknum anggota Brimob, Briptu TY.

Dari rumah kontrakannya di Timika Jaya-SP2 Timika, Nicolaus dan Briptu TY menumpang sepeda motor menuju Mile 32. Selanjutnya, mereka melanjutkan perjalanan menggunakan mobil.

Setiba di Mile 52, Briptu TY yang mengemudikan mobil dan duduk di kursi depan bersama rekannya tidak lagi menemukan Nicolaus yang duduk di kursi belakang.

Saat itu, demikian Ignatius, Briptu TY mendapati pintu mobil bagian belakang sudah terbuka lebar.

Melihat hal itu, Briptu TY dan rekannya melakukan pencarian di sekitar Mile 52 namun tidak berhasil menemukan Nicolaus.

Nicolaus baru setahun bermukim di Timika. Ia berasal dari Kampung Copu, Cibal, Manggarai, NTT. Ia memiliki seorang isteri dan tujuh orang anak yang saat ini masih tinggal di Manggarai, NTT.

Terkait kejadian tersebut, Komandan Detazemen B Brimob Polda Papua di Timika Kompol Yustanto SIK belum bisa dikonfirmasi terkait persoalan yang dihadapi anak buahnya.

Hingga saat ini masih terdapat ribuan pendulang tradisional yang mengais butiran emas di sepanjang aliran pengendapan tailing PT Freeport di Kali Kabur (Sugai Aijkwa).

Meski berkali-kali para pendulang ditertibkan dan "dipaksa" turun ke Timika, namun mereka tetap kembali ke Kali Kabur untuk mendulang karena tuntutan ekonomi untuk menghidupi keluarga.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010