Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 14 mahasiswa Universitas Harvard, AS, mengadakan lawatan ke Indonesia selama tiga pekan sebagai bagian dari studi lapangan selama musim dingin di negaranya dengan fokus isu-isu pasca Tsunami dan konflik di Aceh.

Salah satu kegiatan mahasiswa pasca sarjana dari berbagai disiplin ilmu itu adalah mengikuti seminar tentang isu-isu pembangunan perdamaian dan peran organisasi internasional di Aceh yang berlangsung di kampus Pasca Sarjana Paramadina (PGS) di Jakarta, Rabu.

Seminar itu menampilkan pembicara kunci Duta Besar Amerika Serikat, Cameron Hume, Direktur Proyek International Crisis Group untuk Asia Tenggara, Sydney Jones, dan Andi S. Haq dari Friedrich Ebert Foundation.

Seminar itu yang juga dihadiri antara lain Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan Ph.D, Direktur Program Pasca Sarjana Paramadina (PGS), Dinna Wishnu Ph.D, dan Koordinator Proyek SEA Peace Lab, Evi H Trisna.

Para pembicara membahas latar belakang konflik Aceh, usaha-usaha untuk mencapai perdamaian, peran organisasi internasional dalam proyek rehabilitasi dan rekonstruksi paska tsunami, dan konflik serta demokrasi.

Rombongan mahasiswa itu yang dipimpin Direktur Program Harvard tentang Kebijakan Kemanusiaan dan Riset Konflik, Prof. Claude Bruderlein, juga berdiskusi dengan para mahasiswa PGS untuk membahas isu keamanan, pembanguan dan rekonstruksi, tata pemerintahan dan akutabilitas, dan hak asasi manusia dan keadilan di Aceh Selasa malam.

Pembahasan itu dilakukan setelah mereka mengikuti ceramah Dekan Fakultas Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Prof. Dr. Bachtiar Effendi.

Mereka juga berkesempatan berdialog Dr. Sofyan A. Djalil yang pernah menjadi tim perunding pemerintah dalam usaha penyelesaian konflik Aceh yang berujung pada penandatangan memorandum kesepahaman (MOU) antara Pemerintah dan Gerakan Aceh Merdeka di Helsinki pada 2005.

Para mahasiswa itu juga telah bertemu dengan Menteri Kesehatan yang juga alumni Universitas Harvard, Endang Rahayu Sedyaningsih, dan mantan Kepala Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias, Kuntoro Mangkusubroto.

Para mahasiswa Harvard itu juga akan berkunjung ke Aceh dan bertemu dengan para pejabat setempat.

Kepada ANTARA usai seminar tersebut, Prof. Claude Bruderlein mengatakan bahwa para mahasiswa Harvard yang belajar tentang hukum, kesehatan masyarakat, dan administsrasi publik memperoleh pengalaman dan pengetahuan berharga dari acara ini. "Mereka mendapatkan informasi dari berbagai sumber yang terkait dengan Aceh."

Dia juga memuji peran Universitas Paramadina yang tumbuh sebagai pusat bagi pembangunan perdamaian dengan menghadirkan berbagai tokoh untuk berdiskusi mencari solusi atas masalah yang kompleks.

Jaimie Hughey, salah seorang mahasiswa Harvard, menyatakan kesannya yang mendalam setelah beberapa hari di Jakarta dan mengikuti seminar serta melakukan dialog tentang Aceh.

"Dari seminar dan dialog yang saya ikuti, saya memperoleh pengetahuan dan berpendapat Aceh masih menyimpan tantangan yang harus diatasi ke depan," ujar mahasiswi yang memperdalam studi bidang hukum itu.

Sekembali dari studi lapangan ini, para mahasiswa akan membuat tugas berupa artikel yang akan disiarkan di jurnal ilmiah atau media cetak di AS.

Lawatan para mahasiswa itu difasilitasi oleh SEA Peace Lab Universitas Paramadian yang telah menjalin kerja sama dengan Universitas Harvard.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010