Caracas (ANTARA News/Reuters) - Sambil berteriak "beli, beli, dunia akan mati", rakyat Venezuela dengan panik belanja, menyusul devaluasi tajam mata uang, yang diperkirakan akan membuat harga melambung.

Presiden Hugo Chavez mengumumkan sistem ganda bagi kurs tetap bolivar pada Jumat malam, sementara kebanyakan negara sedang menonton pertandingan baseball.

Tetapi pada Sabtu, kabar menyebar dengan cepat saat rakyat membaca surat kabar pagi dan mendengarkan berita radio di berbagai kafetaria Caracas.

Konsumen memenuhi toko elektronik, dengan penuh semangat memilih komputer dan televisi impor sebelum harga naik seperti mereka duga.

"Saya telah antre selama dua jam di luar untuk membeli satu televisi dan dua pengeras suara karena mulai Senin semuanya akan berharga dua kali lipat," kata Miguel Gobnzalez, insinyur berusia 56 tahun dan berdiri di bawah sengatan sinar Matahari tropis di luar satu toko terkenal.

Politisi oposisi meraih kesempatan tersebut untuk mengecam cara Chavez menangani ekonomi, sedangkan Walikota Caracas Antonio Ledezma mengatakan standard hidup akan merosot.

"Jika Anda harus membeli kulkas buat rumah anda besok, harganya akan dua kali lipat harga jika Anda membelinya sampai Jumat," kata Ledezma.

Pemerintah mengakui harga akan naik setelah devaluasi, tapi menyatakan kecenderungan naik akan lebih bertahap.

Stasiun radio dan televisi yang dikelola negara menghindari penggunaan kata "devaluasi", dan memilih kata "penyesuaian". Satu stasiun radio pro-Chavez menanggpi kritikan itu dengan memainkan lagu terkenal Argentina "Imbecile".

Meskipun minyak memenuhi sektor lain ekonomi, Venezuela sangat bergantung pada impor barang-barang konsumen, sehingga negara tersebut menjadi sasaran perubahan besar harga tergantung atas nilai tukar.

Orang Venezuela yang berusia lanjut sudah terbisa dengan kerugian besar nilai mata uang mereka, dan sejumlah devaluasi dan rezim mata uang selama tiga dasawarsa belakangan dirundung kemelut ekonomi.

Inflasi, yang tertinggi di negara Amerika, sebesar 25 persen tahun lalu, mencapai 103 persen pada 1996, setelah presiden terdahulu mencabut pengendalian harga dan saham.

Kebijakan pengeluaran besar oleh Chavez selama berkah minyak, yagn dipicu oleh "booming" besar-besaran konsumen dan pertumbuhan sangat cepat yang berhenti ketika harga minyak terjerembab satu tahun lalu.

Kemerosotan tajam penghasilan dari minyak juga dapat merusak harga bolivar dan membuat devaluasi tak terelakkan pada satu masa.(*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010