Seoul (ANTARA News/AFP) - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Il menyaksikan pelatihan gabungan angkatan bersenjata , kata media pemerintah , Minggu , pernyataan pertama seperti itu sejak pemimpin negara komunis tersebut memegang komando militer tahun 1991.

Kim memeriksa pelatihan lapangan oleh angkatan darat, laut dan udara dari satu pnaggung pengawasan , kata kantor berita KCNA ( North`s Korean Central News Agency).

"Dengan perintah bagi dimulainya pelatihan itu, korps penerbangan, kapal-kapal perang dan satuan-satuan artileri darat dari berbagai jenis menghujani tembakan gencar ke `kelompok musuh` dengan koordinasi erat, yang menghancurkan "kamp musuh" berkeping-keping dan berubah menjadi lautan api," kata KCNA.

Kantor berita itu tidak menyebutkan kapan dan dimana pelatihan itu diselenggarakan.

Ini merupakan pertama kali Korea Utara (Korut) menyiarkan berita tentang pemeriksaan Kim dalam pelatihan militer seperti itu sejak ia diangkat menjadi komandan tertinggi angkatan bersenjata oleh ayahnya Kim Il Sung Desember 1991.

Berita itu muncul dua hari setelah Pyongyang mengancam akan membatalkan semua dialog dengan Korea Selatan (Korsel) kecuali Seoul meminta maaf atas apa yang disebutnya satu kemungkinan rencana untuk menangani ketidakstabilan politik di negara komunis itu.

Laporan-laporan media Korsel yang tidak dikonfirmasikan mengatakan para pejabat di Seoul telah menyusun satu rencana untuk mengurus Korut apabila rezim itu ambruk, satu kudeta atau pemberontakan rakyat di negara itu.

Komisi Pertahanan Nasional (NDC) Korut yang berpengaruh , yang dipimpin oleh Kim, mengecam rencana itu sebagai satu "kejahatan" dan mengatakan pihaknya akan melancarkan satu "perang suci" terhadap mereka yang menyusun rencana itu.

Korut , Senin mengatakan pihaknya ingin berunding dengan Amerika Serikat mengenai satu perjanjian perdamaian untuk secara resmi mengakhiri Perang Korea tahun 1950-1953 sebelum melakukan tindakan lebih jauh bagi perlucutan senjata nuklir.

Korsel, Amerika Serikat, dan Jepang menolak usulan Pyongyang untuk mempercepat perundingan perdamaian, mengatakan Korut harus terlebih dulu kembali pada perundingan perlucutan senjata nuklir.

Korut meninggalkan perundingan negara itu April lalu, sebulan sebelum melakukan uji coba nuklir kedua.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010