Abu Dhabi (ANTARA News/AFP) - Menteri Energi Uni Emirat Arab (UEA) Mohammad bin Dhaen al-Hamli, Senin mengatakan, bahwa harga minyak dunia "sangat masuk akal."

Hamli berbicara kepada wartawan di sela-sela forum energi alternatif empat hari yang diselenggarakan di ibukota UEA.

Dia kemudian bertanya apakah ia lebih suka harga berada di atas dari 100 dolar per barel dan berkata: "Saya tidak suka lebih dari 100 dan tidak suka 30."

"Saya tidak nyaman dengan volatilitas harga."

Dia mengulangi, dalam bahasa Inggris dan Arab lebih dari sekali, bahwa ia menganggap harga sekarang menjadi "sangat masuk akal."

Hamli menganggap pasokan pasar akan menjadi baik mengatakan "persediaan naik; sekitar 59 hari."

Dia juga mengatakan harga minyak terkait dengan kinerja dolar AS.

"Ada hubungan langsung antara tingkat dolar dan harga minyak. Ketika kita melihat tingkat dolar ke bawah, kita menemukan harga minyak naik dan sebaliknya," ia mengatakan.

Minyak mentah berjangka jatuh pada awal Senin, di tengah keraguan atas kekuatan pemulihan ekonomi di Amerika Serikat, kata para analis.

Tapi, kontrak utama New York minyak mentah light sweet pengiriman Februari, kemudian melompat 54 sen menjadi 78,54 dolar per barel.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Maret naik 35 sen menjadi 77,46 dolar per barel di London padatransaksi tengah hari.

Sementara itu, dolar diperdagangkan naik pada Senin terhadap euro di tengah kekhawatiran atas krisis anggaran yang menjulang di Yunani.

Menteri UEA, yang negaranya menduduki cadangan minyak mentah terbukti terbesar kelima di dunia, mengatakan kepada peserta dalam forum bahwa negara Teluk itu bertujuan untuk mendiversifikasi sumber energi melalui pembangunan pembangkit listrik nuklir.

UEA bulan lalu memberikan sebuah konsorsium yang dipimpin Korea Selatan kontrak senilai 20,4 miliar dolar (14,2 miliar euro) untuk membangun empat PLTN.

"Kesepakatan nuklir ... adalah bagian dari strategi UEA mendiversifikasi sumber energi," katanya.

"Penting untuk dicatat: alasan kami pergi untuk opsi nuklir adalah bahwa hal itu yang paling layak, mengingat bahwa UEA tidak memiliki cukup gas alam bahan bakar ekonominya," katanya.

Namun demikian UEA memiliki cadangan gas 214.4 triliun kaki kubik (enam triliun kubik meter), peringkat keenam di dunia setelah Rusia, Iran, Qatar, Arab Saudi dan Amerika Serikat.

"Kita akan memiliki (energi dari) bahan bakar fosil, nuklir dan energi terbarukan ... Ini akan membawa keseimbangan dan keberlanjutan," tambah Hamli.

Ibukota UEA tahun lalu dipilih menjadi tuan rumah markas besar
International Renewable Energy Agency (IRENA) yang didirikan baru-baru ini sebagai negara yang mengambil barisan depan dalam pengembangan energi alternatif, meskipun ia memiliki "ecological footprint" per kapita terbesar di dunia.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010