Baghdad (ANTARA News/Reuters) - Kelompok orang bersenjata menyerang sebuah kantor organisasi non-pemerintah di Baghdad, Senin, dan menembak mati lima orang di dalamnya, kata polisi Irak.

Penyerang memasang sebuah bom di pintu gerbang kantor itu, yang meledak ketika pasukan keamanan tiba, menewaskan atau mencederai beberapa dari mereka, kata kepala penjaga lingkungan Sunni setempat, Nabil al-Qaisi.

Belum diketahui apa motif serangan itu, yang terjadi di daerah berpenduduk mayoritas Sunni di ibukota Irak tersebut.

Polisi memberikan keterangan yang simpang-siur mengenai organisasi itu namun penduduk setempat mengatakan bahwa mereka mengambil bagian dalam distribusi bantuan kemanusiaan.

Anggota-anggota kelompok bantuan lain yang beroperasi di daerah itu mengatakan, tidak ada tembakan yang terdengar, yang mengisyaratkan bahwa senjata yang digunakan dipasangi peredam suara.

Sumber-sumebr kepolisian mengatakan empat pria dan satu wanita tewas, sementara Qaisi menyebutkan korban tewas mencakup tiga pria dan dua wanita. Jurubicara keamanan Baghdad Mayor Jendral Qassim al-Moussawi mengatakan, tiga orang tewas.

Menurut Qaisi, lingkungan itu dulu merupakan sebuah benteng Al-Qaeda.

Amarah membara di kalangan masyarakat Sunni yang dulu dominan di Irak setelah sebuah panel independen berusaha melarang keikutsertaan sekitar 500 calon dalam pemilihan umum 7 Maret karena dituduh memiliki kaitan dengan partai Baath terlarang pro-Saddam Hussein.

Banyak dari daftar calon yang dilarang itu adalah orang Sunni, yang menimbulkan kecurigaan bahwa unsur-unsur dalam pemerintah pimpinan Syiah meminggirkan orang Sunni dalam pemilu tersebut.

Kekerasan di Irak menurun secara dramatis pada 2009 ke tingkat terendah sejak invasi pimpinan AS pada 2003, namun kelompok pemantau memperingatkan bahwa pencapaian keamanan tetap mendatar.

Seorang jendral senior AS dalam wawancara dengan AFP beberapa waktu lalu bahkan memperingatkan, gerilyawan mungkin akan melancarkan serangan-serangan yang lebih mengejutkan seperti pemboman dahsyat di Baghdad pada 25 Oktober, menjelang pemilihan umum Maret.

Mayor Jendral John D. Johnson mengatakan bahwa meski situasi keamanan akan stabil pada pertengahan tahun ini, kekerasan bermotif politis yang bertujuan mempengaruhi bentuk pemerintah mendatang merupakan hal yang perlu dikhawatirkan.

Dua serangan bom bunuh diri menewaskan 153 orang di Baghdad pusat pada 25 Oktober.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Pemboman di Baghdad dan di dekat kota bergolak Mosul tampaknya bertujuan mengobarkan lagi kekerasan sektarian mematikan antara orang-orang Sunni dan Syiah yang membawa Irak ke ambang perang saudara.

Meski ada penurunan tingkat kekerasan secara keseluruhan, serangan-serangan terhadap pasukan keamanan dan warga sipil hingga kini masih terjadi di Kirkuk, Mosul dan Baghdad.

Banyak orang Irak juga khawatir serangan-serangan terhadap orang Syiah akan menyulut lagi kekerasan sektarian mematikan antara Sunni dan Syiah yang baru mereda dalam 18 bulan ini. Puluhan ribu orang tewas dalam kekerasan sejak invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003.

Jumlah korban tewas akibat kekerasan di Irak turun hingga sepertiga menjadi 275 pada Juli, bulan pertama pasukan Irak bertanggung jawab atas keamanan di daerah-daerah perkotaan sejak invasi pimpinan AS pada 2003.

Kekerasan menurun secara berarti di Irak dalam beberapa bulan ini, namun serangan-serangan meningkat menjelang penarikan militer AS, dan 437 orang Irak tewas pada Juni -- jumlah kematian tertinggi dalam kurun waktu 11 bulan.

Perdana Menteri Nuri al-Maliki memperingatkan pada Juni bahwa gerilyawan dan milisi mungkin meningkatkan serangan mereka dalam upaya merongrong kepercayaan masyarakat pada pasukan keamanan Irak.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010