Amsterdam (ANTARA News/Reuters) - Lebih Dari 100 anak-anak Haiti akan tiba di Belanda pada Kamis sebagai bagian percepatan pemungutan dan pengangkatan mereka sesudah gempa menghancurkan di Haiti pada 12 Januari.

Ke-106 anak-anak itu, dijadwalkan tiba di Amsterdam, sudah diatur untuk dipungut sebelum gempa 7,0 pada skala Richter itu, yang menewaskan sampai 200.000 orang dan membuat banyak wilayah ibu kota Haiti, Port-au-Prince, menjadi runtuhan.

Keprihatinan diungkapkan atas pemuda ditinggalkan atau yatim Haiti, yang dikirim ke luar negeri untuk dirawat, dan pada Selasa, Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) menyatakan pengangkatan anak Haiti oleh orang asing dipertimbangkan hanya sebagai usaha terakhir.

UNICEF menyatakan anak-anak, yang orang-tuanya meninggal atau tak diketahui, sebaiknya pertama disatukan kembali dengan keluarga besar mereka.

Kementerian Kehakiman Belanda menyatakan menyetujui percepatan masuk anak-anak, yang pengangkatannya hampir selesai atau yang sedikit-dikitnya sudah cocok dengan orang tua angkatnya, dan yang belum cocok.

Dari ke-106 anak-anak itu, 92 akan dipungut orang tua Belanda, kata pernyataan kementerian luar negeri, dan 14 dipungut di Luksemburg.

Pada awal pekan ini, Amerika Serikat menyatakan akan memberi "pembebasan kemanusiaan" bersyarat dalam perkara-demi-perkara pada anak-anak angkat, yang akan membiarkan mereka memasuki Amerika Serikat untuk mendapat perawatan.

Gempa susulan berkekuatan 6,1 pada skala Richter mengguncang Haiti pada Rabu, delapan hari sesudah gempa lebih kuat menghancurkan negara Karibia itu, kata Survai Geologi Amerika Serikat (USGS).

Belum ada laporan tentang kerusakan atau korban akibat gempa pada Rabu tersebut, yang USGS katakan terjadi pada pukul 11.03 GMT (18.03 WIB) dan berpusat di 42 kilometer barat-baratlaut Jacmel.

Jumlah korban tewas akibat gempa dahsyat sebelumnya di Haiti itu diperkirakan mencapai 50.000 hingga 100.000 orang, kata Badan Kesehatan Amerika Raya (PAHO) pada pekan lalu.

"Berbagai sumber memperkirakan jumlahnya antara 50.000 hingga 100.000," kata Jon Andrus dari PAHO, lengan Badan Kesehatan Dunia di benua Amerika, pada jumpa pers.

Palang Merah Dunia sebelumnya menyatakan jumlah kematian akibat gempa itu bisa mencapai 45.000 hingga 50.000 orang dan tiga juta orang luka atau kehilangan tempat tinggal.

Di ibukota Haiti, yang hancur akibat gempa tersebut, mayat terlihat di bawah puing, bergeletakan di sisi jalan atau menumpuk di kendaraan.

Itu merupakan gempa paling kuat mengguncang Haiti dalam lebih dari 200 tahun, yang merobohkan istana presiden serta rumah perbukitan dan membuat negara berpenduduk sembilan juta orang tersebut meminta bantuan dunia.

Gempa itu berkekuatan 7,0 pada skala Richter dan pusatnya hanya 16 kilometer dari Port-au-Prince, ibukota Haiti.

Sekitar empat juta orang tinggal di kota itu dan daerah sekitarnya dan banyak penduduk tidur di luar rumah di tanah, jauh dari dinding bangunan, yang melemah, sementara gempa susulan berkekuatan 5,9 mengguncang kota itu sepanjang malam hingga esoknya.

Beberapa dokter Peru melakukan 80 pembedahan sehari di rumah sakit di dekat perbatasan antara Haiti, yang diguncang gempa, dengan Republik Dominika, kata pernyataan Kementerian Kesehatan Peru pada Selasa.

Beberapa dokter Peru, bersama dengan mitra mereka dari Jepang, Puerto Rico dan Republik Dominika, bekerja di rumah sakit El Buen Samaritano di kota Jimani.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010