London (ANTARA) - Organisasi Negara-Negara Amerika (OAS) pada Jumat (10/2) menyetujui resolusi untuk mendukung Haiti guna menggelar pemilihan umum yang telah lama tertunda dan memerangi maraknya kekerasan geng kriminal yang memicu krisis kemanusiaan.

Resolusi itu mengusulkan pembentukan kelompok kerja negara-negara anggota OAS selambat-lambatnya 22 Februari untuk mengatasi masalah-masalah seperti perdagangan senjata.

Resolusi itu juga mendorong pembentukan pasukan multinasional untuk membantu polisi Haiti memulihkan ketertiban. Pembentukan pasukan multinasional itu sudah diminta oleh pemerintahan sementara Haiti sejak lima bulan lalu.

Pembahasan soal pasukan semacam itu masih tertinggal karena tidak ada negara yang mau untuk memimpinnya, meskipun beberapa negara Karibia menyatakan akan berpartisipasi, dan Kanada sudah mengirim pesawat militer pengintai.

Duta Besar AS untuk OAS Francisco Mora mengatakan Washington masih membahas kemungkinan keterlibatan AS dalam membantu mengatasi masalah Haiti, serta menyiratkan sanksi baru dan pembatasan visa pada bulan-bulan mendatang.

Banyak pihak mewaspadai pengiriman pasukan asing ke Haiti, mengingat pengalaman masa lalu, di mana pelanggaran sering terjadi.
Baca juga: Sekolah di Haiti belum bebas dari serangan geng kriminal

Kebanyakan pihak juga enggan mendukung Perdana Menteri Ariel Henry, yang pemerintahannya tidak memiliki perwakilan rakyat terpilih sejak awal Januari.

PM Henry telah berjanji untuk meninggalkan jabatannya pada 7 Februari 2024, setelah berulang kali menunda pemilihan umum karena gempa bumi 2021 dan kekerasan geng yang melanda Haiti.

Pemimpin Haiti itu menekankan bahwa negaranya membutuhkan keamanan untuk menyelenggarakan pemilihan umum yang bebas dan transparan.

Kepala OAS yang berbasis di Washington, Luis Almagro, setuju dengan pernyataan itu dan mengatakan pihak setempat harus membuat rencana strategis yang tepat.
Baca juga: Studi UNICEF sebut 40 persen kasus kolera di Haiti dialami anak-anak

Beberapa diplomat memuji resolusi itu sebagai langkah pertama dalam mengatasi kondisi rusuh di Haiti. Mereka menambahkan, geng bersenjata telah menguasai sekitar 60 persen ibu kota.

"Haiti menjadi daerah berbahaya bagi kawasan Karibia dan regional," kata Menteri Luar Negeri Jean Victor Geneus.

Geneus berulang kali meminta dukungan pasukan asing, dan mengatakan bahwa negara itu menjadi target utama bagi pedagang narkoba dan senjata.

Sumber: Reuters

Baca juga: Lebih dari 100 migran Haiti ditemukan di pulau dekat Puerto Rico

Penerjemah: Kenzu Tandiah
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023