Cilacap (ANTARA News) - Stasiun Meteorologi Cilacap memprakirakan gelombang di perairan selatan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta hari Minggu besok kembali meninggi setelah sempat melemah dalam beberapa hari ini.

"Ketinggian gelombang pada Minggu (24/1) diprakirakan mencapai 2,5 meter," kata Analis Cuaca Stasiun Meteorologi Cilacap, Mas Pudjiono, di Cilacap, Sabtu.

Menurut dia, terjadinya peningkatan ketinggian gelombang tersebut dipengaruhi keberadaan badai tropis Magda di perairan sebelah selatan Kupang dan daerah tekanan rendah di sebelah tenggara Merauke.

Kendati demikian, kata dia, kondisi tersebut diprakirakan hanya akan berlangsung hingga 25 Januari 2010.

"Saat ini kekuatan badai Magda cenderung melemah karena telah bergerak ke arah selatan menjauhi equator," katanya.

Lebih lanjut mengenai prakiraan ketinggian gelombang di perairan selatan Jateng dan DIY pada Minggu (24/1), dia mengatakan, ketinggian gelombang di wilayah pantai berkisar antara 0,8-dua meter dengan kecepatan angin 22-34 kilometer per jam yang bertiup dari arah selatan hingga barat.

Sementara di Samudera Hindia, kata dia, ketinggian gelombang diprakirakan berkisar antara satu hingga 2,5 meter dengan kecepatan angin 24-40 kilometer per jam yang bertiup dari arah selatan hingga barat.

"Secara umum kondisi cuaca di perairan selatan Jateng dan DIY diprakirakan berawan sebagian hingga berawan banyak dan berpeluang terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang antara sore hingga malam hari," katanya.

Menurut dia, cuaca di wilayah Jateng dan DIY diprakirakan berawan sebagian hingga berawan banyak serta berpeluang terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang yang kadang lebat dan disertai petir antara siang hingga pagi hari.

Sementara itu para nelayan di sekitar Pantai Teluk Penyu Cilacap hingga saat ini masih enggan melaut.

Mereka tampak memperbaiki jaring yang biasa digunakan untuk menangkap ikan di laut.

"Ketinggian gelombang saat ini memang tidak setinggi beberapa hari lalu yang sempat mencapai empat laut, tetapi kami masih enggan melaut karena sedang paceklik," kata seorang nelayan, Sanwireja.

Kendati demikian, kata dia, ada juga nelayan yang nekat melaut walaupun hasil yang diperoleh tidak sebanding biaya operasional mereka.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010