Port-au-Prince (ANTARA News/Reuters) - Haiti berkabung pada Sabtu dan ratusan orang berkumpul di reruntuhan gereja Katolik untuk menghormati seorang uskup dan korban tewas lainnya dalam gempa bumi pekan lalu.

Pemerintah Haiti sendiri, Jumat, memutuskan menghentikan operasi pencarian dan penyelamatan (SAR) mereka yang selamat di bawah reruntuhan.

Sementara itu misi kemanusiaan internasional terkonsentrasi pada bantuan bagi ratusan ribu orang korban yang lapar, cedera dan menghuni kamp-kamp pengungsian sementara di jalan-jalan raya.

"Harapan sudah pupus sekarang walau kami masih berharap adanya keajaiban," kata Elisabeth Byrs, juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, di Jenewa.

Byrs mengatakan tim-tim SAR telah menyelamatkan 132 orang sejak gempa bumi terjadi 12 Januari lalu tetapi fokus sekarang beralih pada bantuan medis bagi korban selamat dan menemukan mayat-mayat.

Di luar gedung katedral Notra Dame yang runtuh di Port-au-Prince, jemaat beserta pastur dan biarawati berkumpul untuk pemakaman Uskup Joseph Serge Miot dan Wakil Paus Charles Benoit.

Keduanya tewas dalam gempa bumi yang menghancurkan bagian pesisir ibu kota Haiti itu.

"Apa yang yang telah tiada takkan kembali. Kita semua, kaya atau miskin, kehilangan," kata Leon Sejour, seorang seminaris yang datang dari Cap Haitien di bagian utara negara itu.

Seorang warga lain yang berkabung mengatakan: "Kita menangis pada Selasa, Rabu, Kamis. Kita tak dapat menangis sepanjang waktu."

Pejabat pemerintah Haiti memperkirakan jumlah korban tewas dalam gempa dahsyat pekan lalu itu mencapai 200.000 orang. Sebanyak tiga juta orang lainnya cedera dan kehilangan rumah.

Ketika ditanya tentang soal bantuan makanan yang dikeluhkan mereka yang selamat, Kepala Badan Bantuan Amerika Serikat (USAID) Rajiv Shah mengatakan organisasinya siap menyediakan semua bantuan yang diperlukan.

"Skala kerusakan dan dampak yang menimpa manusia tak sebanding...Kami takkan pernah bisa memenuhi kebutuhan secepat yang kami inginkan," ujarnya kepada Reuters.

Sebelumnya ia mengatakan kepada pengelola rumah sakit universitas di Port-au-Prince,: "Kami ingin membantu sedapat mungkin, tapi kami berbuat lebih banyak lagi."

Para pejabat USAID menghadapi tantangan besar supaya bantuan dapat didistribusikan di kota yang luluh lantak dihantam gempa tersebut.

"Tak seorang pun memahaminya sampai mereka berada di sini," kata Gina Jackson dari USAID.

Sementara itu Presiden Haiti Rene Preval dan para menterinya menghadiri upacara penguburan itu.

Ketika ia meninggalkan upacara itu, warga marah karena kelambanan pengiriman bantuan dan mereka berusaha mendekati mobilnya. Beberapa orang pemuda berteriak mendesaknya mundur.

Preval mengatakan ia datang ke upacara itu untuk memberikan penghormatan.

Bantuan datang terlambat kepada semua orang yang membutuhkan walaupun sudah ada usaha bantuan internasional.

Di taman kantor perdana menteri, Komite Palang Merah Internasional mengirim air minum untuk korban gempa di tenda-tenda penampungan yang berjejal.

Mereka yang selamat dalam gempa mengatakan masih belum mudah mendapatkan makanan.

Lebih dari 1,5 juta warga Haiti kehilangan tempat tinggal akibat bencana itu. Lembaga-lembaga bantuan memperkirakan sepertiga dari sembilan juta warga negara itu memerlukan bantaun pangan darurat, air dan tempat penampungan untuk waktu lama.

Di tengah duka cita, ada tanda-tanda kembalinya kehidupan normal di negara Karibia yang miskin itu.

Warga Haiti menunggu di luar bank-bank yang dijadwalkan buka kembali Sabtu. Dengan uang tunai di tangan, mereka berharap dapat membeli makanan dan kebutuhan pokok.

Di satu Unibank di kawasan Petionville, mobil-mobil berjajar dua blok menunggu ATM buka.

Di sebuah bank lain, petugas mendorong kerumunan nasabah yang tak sabar mengambil uang tunai karena mereka sudah beberapa jam antri.

Toko swalayan Big Star buka kembali Jumat untuk menjual sejumlah kebutuhan seperti daging sampai cokelat untuk Valentine`s Day. Tapi manajernya mengatakan pihaknya belum memperoleh kiriman sementara barang-barang yang dijual kemungkinan segera habis.

Pada hari yang sama pemerintah Haiti menyatakan operasi SAR berakhir, regu penyelamat berhasil mengeluarkan dua orang dalam keadaan hidup dari reruntuhan gedung di ibu kota itu.

Seorang nenek berusia 84 tahun diselamatkan dari reruntuhan gedung dan dievakuasi kapal AS. Tim penyelamat Israel juga berhasil menyelamatkan seorang pria berusia 22 tahun dari puing-puing bangunan yang roboh.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010